Logo Bloomberg Technoz

Kedua, mempertimbangkan tujuan utama penerbitan SRBl sebagai instrumen OM pro market untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter dan pendalaman pasar uang, BI menghimbau agar bank Saudara meIakukan transaksi SRBl dengan mempertimbangkan pengelolaan Iikuiditas bank, mengacu kepada market conduct, tidak meIakukan mobilisasi dana pihak ketiga (funding) dan tidak memasarkan secara langsung kepada nasabah retail untuk pembelian SRBl serta instrumen operasi moneter lainnya.

Menurut analis, langkah BI menegur sektor perbankan melalui surat edaran resmi tersebut, dilakukan untuk mencegah munculnya efek samping SRBI terhadap operasional perbankan.

"Apabila SRBI menjadi benchmark bagi nasabah ritel untuk menabung, maka cost of fund sektor perbankan berpotensi naik dan menggerus net interest margin. Tidak hanya mengurangi profitabilitas perbankan, hal ini dapat memicu aksi jual lanjutan atas saham-saham perbankan di bursa saham," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatan yang diterima.

Pada saat yang sama, dalam dua lelang terakhir, BI menurunkan bunga diskonto SRBI secara tajam menjadi 7,24% untuk tenor 12 bulan dalam lelang hari Rabu. "Langkah itu tergolong agresif karena pemangkasan suku bunga the Fed [bank sentral Amerika] baru akan berlangsung 7-8 minggu lagi pada tanggal 18 September," komentar analis.

Lionel menduga, BI berani menempuh langkah itu karena pola bull steepening di pasar surat utang AS, Treasury. Imbal hasil UST-2Y turun -6.1 bps menjadi 4,43% kemarin seiring menguatnya ekspektasi pasar atas pemangkasan suku bunga the Fed di bulan September.

Sementara itu, yield 30Y UST naik +5,8 bps menjadi 4,54% karena ekspektasi ‘no landing’ perekonomian AS yang semakin solid dengan ekspektasi pertumbuhan 2Q24 naik menjadi 2,00% QoQ SAAR dari tadinya 1,40% pada kuartal 1-2024. 

Cost of Fund Naik

Penegasan larangan oleh BI tersebut kemungkinan karena sejauh ini terlihat sudah ada indikasi pelonjakan cost of fund bank yang mengancam tingkat keuntungan perbankan.

Hasil asesmen BI terakhir terhadap perbankan yang dirilis 17 Juli mencatat, pada Mei 2024, mencatat, cost of fund yang ditanggung perbankan terus meningkat. "Kenaikan itu sejalan dengan kenaikan suku bunga deposito 1 bulan pada periode yang sama," kata BI dalam analisis yang dilansir bersamaan dengan hasil Rapat Dewan Gubernur tersebut.

Kenaikan HPDK (Harga Pokok Dana untuk Kredit) terjadi di hampir seluruh kelompok bank kecuali kelompok bank asing. Kelompok bank BUMN dan swasta nasional mencatat kenaikan cost of fund terbesar hingga 4 bps pada Mei. "Divergensi arah perubahan HPDK antara lain mencerminkan perbedaan timing transmisi suku bunga sebagai respons bank terhadap kenaikan suku bunga kebijakan BI Rate dan variasi kondisi likuiditas antarkelompok bank," jelas BI. 

Sementara SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) tercatat turun terbatas ke level 8,81%, kembali ke posisi Maret. Penurunan SBDK terjadi relatif merata di semua kelompok bank, terbesar pada bank daerah dan bank asing.

"Penurunan SBDK merupakan indikasi upaya perbankan untuk menjaga daya saing suku bunga di pasar kredit, di tengah berlanjutnya kenaikan biaya dana. Selain itu, selisih antara suku bunga kebijakan (BI-Rate) dengan SBDK yang makin menipis menunjukkan perbaikan efisiensi pricing perbankan," kata BI.

Biaya operasional dan HPDK serta tingkat margin bank merupakan tiga komponen penyusun SBDK. Seperti diketahui, SBDK menjadi acuan pemberian tingkat bunga kredit pada debitur bank, ditambah premi risiko nasabah yang merupakan hasil asesmen bank terhadap profil calon debitur. 

BI menggarisbawahi, kenaikan HPDK di tengah SBDK yang menurun pada akhirnya telah berdampak pada penurunan margin keuntungan perbankan di mana secara keseluruhan margin keuntungan menurun sebesar 7 bps, terutama terjadi kelompok bank BUMN dan bank asing.

"Penurunan margin pada BUMN mencerminkan upaya bank untuk menjaga daya saing suku bunga kredit di tengah kenaikan biaya dana dan biaya overhead. Di sisi lain, beberapa bank asing masih berupaya mempertahankan SBDK di level sama sejak awal tahun 2024 di tengah kenaikan overhead cost, yang ditengarai untuk menjaga kualitas kreditnya yang sedikit menurun. Upaya ini kemudian menyebabkan tertekannya margin keuntungan pada beberapa bank KCBA," jelas BI.

(rui/aji)

No more pages