Logo Bloomberg Technoz

Dia merujuk pada riset McKinsey & Company berjudul McKinsey Mobility Consumer Pulse edisi Juni 2024, yang menyatakan bahwa sebanyak 29% pemilik mobil listrik di tingkat global mempertimbangkan untuk kembali ke mobil berbasis bahan bakar minyak (BBM).

Mobil listrik Wuling dipamerkan dalam ajang GIIAS 2024 di ICE BSD, Rabu (17/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Selain itu, Brian menggarisbawahi pemilik EV yang ingin berkendara ke luar kota memiliki kebiasaan baru yakni memperhitungkan jarak dan mengidentifikasi lokasi untuk pengisian daya. Hal ini sekaligus mematahkan stigma kemampuan mobil listrik dalam pemakaian lintas kota.  

Biaya Terjangkau

Kedua, biaya operasional listrik lebih terjangkau karena perbedaan antara harga listrik per kWh dengan harga BBM per liter yang perbandingannya sekitar 1:10.

Ketiga, biaya perawatan juga lebih terjangkau karena item komponen yang lebih compact dibandingkan mobil ICE.

“Bahkan, Wuling memberikan extensive free maintenance untuk [merek Wuling seperti] Air EV dan BinguoEV sehingga biaya jasa dan part dalam perawatan berkala 16 kali sesuai interval buku perawatan secara gratis. Untuk CloudEV sendiri biaya perawatan Rp4,3 juta hingga 105.000 kilometer,” ujarnya.

Sekadar catatan, survei McKinsey melibatkan lebih dari 3.000 responden di 15 negara. Survei ini mencakup lebih dari 80% penjualan mobil dunia. Negara dengan responden terbanyak yang menjawab ingin kembali ke mobil BBM adalah Australia, dengan 49%. Disusul oleh Amerika Serikat/AS (46%) dan Brasil (38%).

Alasan tertinggi bagi mereka yang ingin kembali ke mobil BBM adalah fasilitas pengisian listrik yang belum memadai (35%). Lainnya adalah biaya perawatan yang mahal (34%) dan kesulitan berkendara dalam jarak jauh (32%).

“Situasi ekonomi terkini juga sangat memengaruhi pembelian mobil,” sebut riset McKinsey.

(dov/wdh)

No more pages