Sepertinya pelaku pasar kembali gamang. Sebab, memang ada yang dinanti. Pekan ini, akan ada rilis sejumlah data penting di Amerika Serikat (AS).
Malam nanti waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan merilis pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024. Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal II-2024 tumbuh 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 1,4%.
Kemudian pada besok malam waktu Indonesia, akan dirilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Juni. PCE adalah indikator penunjuk inflasi yang menjadi pilihan bank sentral Federal Reserve.
Pada Juni, pasar memperkirakan laju PCE inti (core) secara bulanan ada di 0,1%. Sama dengan bulan sebelumnya, tetapi menjadi laju terlemah sejak November tahun lalu.
Berbagai data ini tentu akan jadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan. Sejauh ini, pasar cukup percaya diri bahwa Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan Federal Funds Rate paling cepat September.
Namun semua ini masih ekspektasi, belum jadi realisasi. Seperti yang sering dikemukakan Powell dan rekan, The Fed akan sangat data dependent, keputusan yang diambil berdasarkan pada data terkini.
Oleh karena itu, data pertumbuhan ekonomi dan PCE menjadi penting karena merupakan landasan bagi The Fed dalam pengambilan keputusan. Sebelum data itu dirilis, investor pun memilih wait and see.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)