Logo Bloomberg Technoz

"Karena, dengan minimnya awan, panas dari permukaan bumi dipancarkan langsung ke luar angkasa, sehingga terjadi pendinginan. Ditambah lagi, angin monsun dari Australia yang dingin dan kering bertiup ke arah Indonesia, sehingga suhu malam hari lebih dingin lagi, terutama di wilayah pegunungan," tambahnya.

Didi pun mencontohkan penjelasan cuaca dan suhu yang berubah saat ini. Dikatakannya, pada siang hari, awan berperan sebagai "payung" yang mengurangi sinar matahari mencapai permukaan bumi. Sedangkan, pada malam hari, awan berperan sebagai "selimut" yang menjebak panas di permukaan bumi. 

"Dengan minimnya awan pada musim kemarau, siang hari terasa sangat panas karena tidak ada "payung", sedangkan malam hari terasa sangat dingin karena tidak ada "selimut". Kondisi seperti ini mirip dengan cuaca di gurun," jelas Didi.

Didi mengatakan musim kemarau bukan berarti tidak ada pertumbuhan awan sama sekali. Kondisi cuaca dapat berubah ketika terjadi gelombang atau gangguan atmosfer. 

"Misalnya, saat ini terjadi gelombang atmosfer Rossby ekuator di wilayah Indonesia yang bergerak ke arah barat. Ketika gelombang Rossby ini aktif, potensi pertumbuhan awan di wilayah Indonesia meningkat, sehingga langit terlihat mendung. Ditambah lagi, suhu permukaan laut yang tinggi akibat perubahan iklim berpotensi meningkatkan jumlah uap air dan pertumbuhan awan di wilayah Indonesia," kata Didi.

Selain itu, saat ini siklon tropis Gaemi terdeteksi di sekitar wilayah Taiwan, yang dapat merubah distribusi awan di wilayah Indonesia. Dengan demikian, penyebab kondisi cuaca panas dan mendung saat ini adalah musim kemarau di wilayah Indonesia dan aktifnya gelombang atmosfer Rossby ekuator. 

"Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat karena perubahan iklim turut berkontribusi. Menurut WMO, tahun 2023 merupakan tahun dengan suhu tertinggi yang pernah tercatat hingga saat ini," lanjutnya.

Kondisi ini tentunya tidak hanya terjadi di wilayah Jabodetabek, tetapi meliputi wilayah yang luas. Puncak musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus, disusul dengan masa peralihan musim di bulan September-Oktober. Sedangkan gelombang atmosfer biasanya aktif selama beberapa hari hingga pekan.

Dampak dari kondisi ini antara lain cuaca yang cenderung dingin pada malam hari terutama di wilayah pegunungan dan panas yang terik pada siang hari. 

Panas berkurang ketika terjadi pertumbuhan awan pada siang hari, tetapi meningkat apabila terjadi malam hari.  Masyarakat perlu menjaga kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh dengan baik, misalnya dengan memakai jaket pada malam hari dan tabir surya pada siang hari. 

"Potensi meningkatnya penyebaran penyakit seperti demam berdarah juga perlu diwaspadai, termasuk potensi meningkatnya polusi udara di musim kemarau. Masyarakat juga perlu tetap waspada karena kondisi cuaca ekstrem dapat tetap terjadi, apalagi jika terjadi gangguan atmosfer. Untuk mengurangi risiko, masyarakat dihimbau untuk selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG," pungkas Didi.

(dec/spt)

No more pages