Baidu tidak sendirian. Beberapa perusahaan teknologi di China lainnya, Alibaba Group Holding Ltd., SenseTime Group Inc. berupaya membangun generative AI generasi terbaru, untuk melayani pasar internet terbesar dunia tersebut.
Tren pengembangan telah terjadi sebelumnya di pasar non China, seperti yang dikerjakan Google dan Microsoft Corp. Ini jadi cerminan generative AI sebentar jadi akan menjadi tren. Developer akan membuat konten ‘original’, mulai dari puisi hingga kesenian dengan cukup perintah kerja komputer sederhana.
Saham Alibaba mencatat penurunan nilai usai pengumuman dari CAC tersebut, pada perdagangan Selasa (11/4/2023) waktu setempat. Saham SenseTime juga melemah tipis. Sementara Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar pada hari yang sama memaparkan rencana mereka membangun generative AI yang terintegrasi pada aplikasi kerja, seperti Slack dan speaker pinter grup Amazon, Amazon Echo. Ini jadi rencana prioritas sebelum perusahaan mengemnbangkan project lain. SenseTime pada Senin (10/4/2023) waktu setempat mendemonstrasikan AI mereka, “SenseNova” dan “SenseChat” sebuah produk user-facing chatbot.
Sebelum kedua perusahaan teknologi ini menyampaikan rencana pengembangan generative AI ke publik, penyedia mesin pencari Baidu Inc telah merilis “Ernie Bot” bulan lalu. Produk Baidu tidak cukup memikat investor, yang tercemin dari penurunan nilai saham 7% pada Bursa Hong Kong.
Regulator terkait juga meminta layanan AI transparan secara data dan algoritma, hingga bisa dikembangkan dalam skala lebih besar. Syarat ini menjadi upaya pemerintah Beijing tetap mengkontrol penuh atas segala informasi yang penting dan sensitif.
“Provider harus menyediakan informasi terkait data yang mereka gunakan dalam pelatihan AI, termasuk sumber, jenis dan ukuran data,” bunyi pernyataan CAC. “Penyedia juga harus membagi basikasi algoritma dan penggunaan teknologi lainnya.
"Penyedia layanan harus memberikan informasi tertentu tentang data yang digunakan dalam pelatihan AI, termasuk asal, ukuran, dan jenis data," kata CAC dalam pernyataannya. "Ini juga mengharuskan platform AI untuk membagikan algoritma dasar dan teknologi lain yang digunakan."
China sangat terbuka atas keinginan mereka meningkatkan skala pengembangan AI, di tengah ketegangan hubungan dengan Amerika Serikat (AS), dalam konteks teknologi chip pada kendaraan listrik. Namun lebih lanjut belum diketahui bagaimana implementasi Beijing dalam ambisi pengembangan generative AI tersebut.
Pemerintah telah merencanakan mengumumkan aturan review atas AI ke berbagai industri. Dua bulan lalu, pihak dari Kementerian Sains dan Teknologi mengatakan bahwa pemerintah terus mendorong layanan AI pada beberapa industri strategis dengan catatan, aman dan terkendali.
Secara umum pengetatan aturan dimaksudkan agar pengembangan generative AI seperti ChatGPT tetap patuh pada Beijing, khususnya perihal konten online yang jadi perhatian Partai Komunis.
Namun review berlapis juga dapat mendorong perusahaan teknologi seperti Baidu dan SenseTime membuat dasar aturan yang lebih jelas di masa yang akan datan terkait teknologi robotAI. Pada Selasa COC menegaskan konten yang dianggap menyimpang tetap tidak dilarang untuk diakses publik, tanpa menjelaskan lebih jauh.
Apakah aturan baru Beijing akan mempengaruhi perkembangan teknologi generative AI? Tidak ada yang tahu, setidaknya hingga saat ini. Bahkan semua perusahaan teknologi besar seperti Tencent Holding pun terus mencari cara untuk memanfaatkan potensinya.
Meski, terdapat kekhawatiran dalam jangka panjang apakah perusahaan tetap dapat mengamankan akses chip dan teknologi high-end saat teknologi AI terus berkembang ke skala yang lebih besar.
(bbn)