Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA (BBCA) Jahja Setiaatmadja memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mengikuti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk bersiap memangkas suku bunga.
Potensi The Fed akan menurunkan Federal Funds Rate (FFR) pada September semakin kuat, di tengah keyakinan bahwa harga stabil, meski risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat.
"Mungkin jika sesudah The Fed menurunkan bunga, BI bisa saja [ikut] menurunkan bunga," ujar Jahja dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (24/7/2024).
Meski demikian, kata Jahja, BI akan tetap mempertimbangkan berbagai bentuk kebutuhan pasar yang menunjang dalam mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga pada kuartal IV tahun ini.
Beberapa data yang akan menjadi indikator kebijakan BI antara lain, perhitungan likuiditas yang cukup, pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS, hingga perkembangan makro ekonomi di Tanah Air.
"Jadi itu saya pikir berbagai pertimbangan yang akan diambil oleh BI sebelum menetapkan atau menurunkan suku bunga," ujar Jahja.
BI sebelumnya masih tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25% pada Juni, melanjutkan tren selama 2 bulan ke belakang.
Meski demikian, BI juga membuka peluang penurunan suku bunga pada kuartal IV 2024. Hal ini bergantung pada perkembangan data ekonomi Amerika Serikat (AS), seperti suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR), imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury, dan pergerakan dolar AS.
"Kami masih melihat ruang untuk arah suku bunga BI rate akan turun masih sama (seperti perkiraan sebelumnya), yaitu pada triwulan IV 2024. Semua akan berdasarkan data dependen, itu bacaan yang sekarang," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/7/2024) lalu.
(ibn/lav)