Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA (BBCA) membukukan kredit mencapai Rp850 triliun pada semester I 2024, atau tumbuh sebesar 15,5% (year-on-year/yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan kredit ini diklaim berada di atas rata-rata industri.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan kredit korporasi menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi per Juni 2024, naik 19,9% yoy mencapai Rp388,6 triliun. Kemudian, Kredit komersial tumbuh 7,9% yoy menjadi Rp127,8 triliun, dan kredit usaha kecil menengah (UKM) naik 12,7% yoy hingga menyentuh Rp114,4 triliun.

“Kredit untuk bisnis tercatat tumbuh dengan solid, baik di segmen korporasi maupun UMKM. Peningkatan juga terjadi di segmen kredit konsumer, ditopang pelaksanaan BCA Expoversary 2024. Event tersebut mengumpulkan total aplikasi KPR (kredit pemilikan rumah) dan KKB (kredit kendaraan bermotor) sekitar Rp50 triliun,” kata Jahja dalam Konferensi Pers Kinerja Keuangan BCA Semester I 2024, Rabu (24/7/2024).  

Berdasarkan data BCA, portofolio kredit konsumer meningkat 13,6% yoy menjadi Rp210,2 triliun, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8% yoy mencapai Rp126,9 triliun, serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4% yoy. menjadi Rp62,1 triliun. 

Kenaikan outstanding pinjaman konsumer lainnya, sebagian besar kartu kredit, tercatat sebesar 20,2% yoy mencapai Rp17,8 triliun.

Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan, termasuk di dalamnya investasi pada obligasi hijau serta kredit dengan skema sustainability linked loans, tumbuh 9,3% yoy menyentuh Rp198 triliun per Juni 2024, setara 23,2% dari total portofolio pembiayaan. 

BCA juga telah menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan bermotor listrik sekitar Rp1,5 triliun per Juni 2024, tumbuh dua kali lipat secara tahunan. 

Perbaikan kualitas pinjaman BCA diklaim mengiringi solidnya pertumbuhan kredit. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 6,4% pada semester I 2024, turun dibanding angka setahun lalu yaitu 9%. Rasio kredit bermasalah (NPL) berada di angka 2,2%. Rasio pencadangan NPL dan LAR dinilai berada pada level yang memadai, masing-masing sebesar 190,2% dan 71,2%. 

(lav)

No more pages