Logo Bloomberg Technoz

Penurunan bunga SRBI di tengah nilai penawaran yang lebih kecil, dipicu oleh kian rendahnya permintaan imbal hasil dari para peserta lelang. Sebagai perbandingan, pada lelang sebelumnya, pasar meminta bunga diskonto 7,30-7,46% untuk SRBI-12 bulan, yang menjadi seri favorit pasar. Namun, pada lelang hari ini, yield diminta turun tajam menjadi 7,18-7,42%.

Hanya saja, tren penurunan bunga SRBI pada dua lelang terakhir itu sepertinya belum segera berdampak pada bunga di pasar uang antar bank maupun dalam lelang obligasi negara. Perburuan para bankir dan pemerintah mencari dana di pasar masih dihadang tingkat bunga tinggi.

Mengacu data realtime Bloomberg, tingkat bunga IndONIA masih terus melejit yaitu dari posisi 6,105% pada 18 Juli, menjadi 6,197% sampai Rabu kemarin.

Tingkat bunga IndONIA kembali melejit (Dok. Bloomberg)

IndONIA merupakan indeks suku bunga transaksi pinjam-meminjam dana rupiah tanpa agunan di antara perbankan untuk jangka waktu semalam (overnight) di Indonesia.

Tren serupa juga terlihat bunga JIBOR, yakni tingkat rata-rata suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan oleh bank kontributor kepada bank kontributor lain untuk meminjamkan rupiah di Indonesia, untuk tenor di atas overnight.

Tingkat JIBOR-1 Pekan, naik berturut-turut dua hari ini ke kisaran 6,507%, tertinggi sejak 22 Mei lalu. Sementara JIBOR-1 Bulan, juga bertahan tinggi di 6,9%, level tertinggi sejak 30 April lalu. Adapun JIBOR-3 Bulan dan 6 Bulan  masih stabil di 7,182% dan 7,3%. 

Yield SBN Masih Tinggi

Tingkat bunga pasar uang antar bank yang masih belum landai di kala bunga SRBI mulai memasuki tren penurunan, kemungkinan dipengaruhi pula oleh masih tingginya bunga di pasar surat utang negara.

Pada lelang Surat Utang Negara yang dilangsungkan kemarin, meski animo pasar meningkat, permintaan imbal hasil dari para investor terindikasi masih lebih tinggi, terutama untuk tenor panjang.

Untuk tenor FR0098 yang jatuh tempo tahun 2038, mencatat permintaan imbal hasil di kisaran 7,08-7,3%, lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya di mana permintaan investor masih di rentang 7,04-7,2%.

Begitu juga seri FR0097 yang jatuh tempo tahun 2043, investor meminta yield 7,11-7,25%, lebih tinggi dibanding sebelumnya 7,07-7,20%. Permintaan yield untuk seri FR0102 yang jatuh tempo tahun 2054 juga naik, dari 7,07-7,20% menjadi 7,08-7,24%.

Pemerintah pun akhirnya memberikan yield lebih tinggi untuk seri-seri tersebut. Yield rata-rata dimenangkan untuk seri FR0098 akhirnya ditetapkan naik 5,03 bps menjadi 7,14% dan naik 2,71 bps menjadi 7,15% untuk seri FR0097.

Tersedot SRBI dan Kredit?

Masih tingginya bunga di pasar uang antar bank ketika tingkat bunga SRBI mulai melandai, serta berlangsung kala terjadi tekanan bearish obligasi negara tenor panjang, menjadi dinamika yang menarik dicermati.

Ada indikasi, bank semakin masif melepas kepemilikan obligasi negara mereka. Itu tecermin dari penurunan proporsi kepemilikan SBN oleh bank yang turun jadi 21,11% atau sebesar Rp1.221,78 triliun per 23 Juli. 

Bila dibandingkan posisi akhir 2023 sebesar Rp1.495,19 triliun, sepanjang tahun ini, kepemilikan bank di SBN sudah anjlok Rp273,41 triliun year-to-date.

Anjloknya pemilikan SBN oleh bank, kemungkinan banyak tersedot ke SRBI. Data BI mencatat, per akhir Juni, kepemilikan bank di SRBI mencapai Rp461,29 triliun. Naik Rp272,01 triliun dalam enam bulan, karena pada akhir tahun lalu angka penguasaan SRBI oleh bank baru sebesar Rp189,28 triliun.

Pada saat yang sama, BI semakin banyak memiliki SBN dengan proporsi mencapai 23,74% dari total SBN beredar di pasar sekarang ini. Secara nominal, setara dengan Rp1.373,92 triliun. Bertambah Rp278,41 triliun dibanding posisi akhir 2023.

Dugaan lain adalah, sebagian penurunan SBN oleh bank disalurkan menjadi kredit. Ini terutama bila melihat penyaluran kredit baru bank pada kuartal II-2024 yang lebih tinggi mencapai 89,1%, dari sebesar 60,8% pada kuartal sebelumnya.

Sampai akhir Mei, kredit perbankan tercatat tumbuh 12,15% year-on-year, dan sampai akhir tahun ini diprediksi akan mencatat pertumbuhan 11,8%.

Bank Kecil Tertekan

Bunga pasar yang tinggi, yang pertama-tama disulut oleh lonjakan bunga SRBI sejak instrumen itu menjadi andalan operasi moneter bank sentral, telah berdampak pada likuiditas bank yang makin ketat dan mengerek biaya dana mereka. Dana murah, yaitu tabungan dan giro semakin sulit dicari. Dana mahal yakni deposito akhirnya semakin diandalkan dan berimbas pada kenaikan cost of fund.

Itu terutama dihadapi oleh bank-bank menengah dan kecil yang selama ini memiliki ketergantungan lebih besar pada dana mahal seperti deposito.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mencatat tren naik yaitu dari 3,7% pada Desember lalu, menjadi 8,2% pada Mei 2024 terutama didorong oleh kenaikan DPK jenis giro dan rekening dengan nominal simpanan di atas Rp 2 miliar.

Komposisi DPK Perbankan (Dok. CORE Indonesia)

Namun, hal itu tidak terjadi pada bank KBMI 1 yang memiliki modal inti kurang dari Rp6 triliun, atau termasuk kelompok bank kecil. Sepanjang paruh pertama tahun ini, pertumbuhan DPK bank-bank kecil terus berada di zona negatif dengan membukukan kontraksi -5,9% pada Mei.

"Selain itu, komposisi DPK bank KBMI I yang didominasi oleh dana mahal terekspos risiko peningkatan cost of fund di tengah era suku bunga tinggi," jelas Etika Karyani, Peneliti Senior CORE Indonesia.

Bank-bank besar di sisi lain terus gencar menggeber berbagai promo untuk menarik nasabah agar menaruh duit di perbankan. Mengacu pada website resmi bank-bank besar, seperti  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, sejak Mei lalu hingga akhir Juli, menawarkan imbalan cashback hingga 1% atau maksimal Rp1 juta bagi deposan. Tawaran cashback itu diberikan untuk penempatan dana simpanan di deposito mulai Rp10 juta dengan jangka waktu 3 bulan.

Begitu juga Bank BNI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang tengah aktif menawarkan cashback untuk penempatan dana di produk tabungan maupun simpanan berjangka. Bank swasta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga menebar reward seperti voucher wisata bagi para penabung baru dan penyetor simpanan. 

~ update pada total kepemilikan SBN oleh perbankan dan Bank Indonesia.

(rui/aji)

No more pages