Sektor saham infrastruktur, dan saham konsumen primer menjadi pemberat laju IHSG dengan tertekan mencapai 0,7% dan 0,67%. Disusul oleh pelemahan saham-saham keuangan, termasuk saham perbankan yang turun 0,45%.
Koreksi pada sektor saham infrastruktur didukung oleh anjloknya harga saham PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) drop 9,31%, dan saham PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) yang turun 8,94%. Serta saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) jatuh 1,9%.
Adapun, saham-saham konsumen primer juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) ambruk 6,16% dan saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) juga terjebak di zona merah dengan penurunan 2,81%. Lalu saham PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) terpangkas 1,89%.
Menyusul amblesnya harga saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) yang terjungkal 2,41%, saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang terdepresiasi 2,11% dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,89%.
Kinerja Bursa Asia hari ini kompak bergerak melemah. Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,95%, Hang Seng turun 0,85%, Kospi minus 0,37%, Strait Times berkurang 0,14%, dan Shanghai melemah 0,09%.
Biden Effect Jadi Penyebab
IHSG dan Bursa Asia terseret sentimen global. Investor masih mencermati dampak lanjutan dari Presiden Joe Biden yang menghentikan upayanya untuk terpilih kembali di Pilpres AS November.
"Dampak sektoral yang terkait dengan kontrol Partai Republik atau Partai Demokrat atas isu-isu kebijakan ini kemungkinan besar akan terlihat berbeda di masa mendatang dibandingkan dengan masa lalu," kata Lauren Goodwin, Ekonom dan Kepala Strategi Pasar di New York Life Investments.
"Bagi sebagian besar investor, strategi yang paling ampuh untuk tahun-tahun Pemilihan Umum adalah sederhana: tetaplah Terdiversifikasi daripada mengejar ekspektasi, terutama sebelum kemungkinan perubahan kebijakan yang sesungguhnya."
Terbaru, munculnya peluang yang makin membesar bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tinggi seperti saat ini hingga tutup tahun nanti, akibat medan persaingan Pilpres AS yang semakin memanas, menurut Kepala Investasi Mercer LLC, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
"Anda akan tergoda jika Anda adalah seorang Gubernur The Fed untuk mengatakan 'mari kita tetap seperti sekarang ini', tetap bertahan hingga setelah Pemilu Presiden'," kata Hooman Kaveh dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television pada Selasa (23/7/2024) di Melbourne.
Manajer Aset terkemuka ini masih memperkirakan dua kali penurunan suku bunga AS sebelum tutup tahun, kata Kaveh. Namun, kabar Presiden Joe Biden yang mundur dari persaingan Pemilu, dan calon dari Partai Republik Donald Trump yang kemungkinan besar akan menghadapi lawannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, ada potensi skenario tersebut akan berubah, ujarnya.
(fad/aji)