Bloomberg Technoz, Jakarta - Animo investor di pasar primer Surat Utang Negara memuncak ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, memberi sinyal positif dimulainya arus masuk pemodal di tengah penguatan sentimen global menyangkut prospek penurunan bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Nilai penawaran masuk dalam lelang SUN yang digelar oleh Kementerian Keuangan RI kemarin mencapai Rp57,19 triliun, naik 18,3% dibanding incoming bids dalam lelang SUN sebelumnya. Rasio penawaran terhadap target emisi, bid-to-cover ratio, mencapai 2,6x naik dari 2,2x di lelang sebelumnya, menjadikan lelang kemarin membukukan permintaan tertinggi dalam enam bulan terakhir atau sejak Januari lalu.
Animo investor kembali bangkit didorong oleh keyakinan yang menguat bahwa bunga acuan The Fed akan mulai turun pada September nanti dan hal tersebut akan memberi dorongan pada Bank Indonesia untuk memulai penurunan BI rate juga pada kuartal IV-2024.
"Lelang ramai karena terdorong oleh harga obligasi yang sudah murah belakangan ini di mana Kementerian Keuangan RI berhasil menerbitkan obligasi sesuai target dan menjaga cut-off di bawah titik tengah tingkat penawaran terendah dan tertinggi yang masuk," komentar Frances Cheung, Strategist di OCBC Singapura, dilansir dari Bloomberg News.
Meski penawaran masuk dari investor melesat, pemerintah memutuskan untuk menurunkan penerbitan surat utang menjadi sebesar Rp22 triliun, dibanding nilai emisi lelang SUN sebelumnya Rp24 triliun.
Hal itu ditengarai menjadi bagian dari strategi pemerintah yang telah memutuskan menurunkan target penerbitan surat utang tahun ini dari Rp666,4 triliun menjadi 'hanya' Rp451,8 triliun.
Dalam lelang kemarin, para peserta lelang banyak memburu SBN bertenor pendek yakni seri SPN 3 bulan yang mencatat lonjakan permintaan hingga 55,67% menjadi sebesar Rp3,42 triliun. Begitu juga permintaan untuk SPN 12 bulan yang naik lebih dari dua kali lipat hingga Rp8,26 triliun.
"Kenaikan permintaan tenor pendek ini terdorong oleh potensi pemangkasan Fed fund rate pada September," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.
Sedangkan untuk SBN tenor panjang terlihat tertekan oleh sentimen bearish tercermin dari permintaan yield yang lebih tinggi terutama untuk seri FR0098 dan FR0097. Yield diminta untuk dua seri itu naik 5,03 bps dan 2,71 bps masing-masing ke 7,14% dan 7,15%. Sedangkan permintaan imbal hasil untuk seri FR0102 masih stabil di 7,13%.
Untuk seri favorit FR0100, permintaan imbal hasil turun 2,57 bps menjadi 7,01%. Yang terjadi pada lelang, menurut analis, membuat FR0098 menjadi menarik dikoleksi karena yield sudah tinggi dengan target di 7,00%-7,05%.
Pasar primer surat utang yang bergairah mungkin menjadi penanda lebih kuat akan dimulainya arus masuk modal asing kembali ke pasar domestik. Pada Juli, investor asing telah memborong surat utang RI senilai US$198 juta month-to-date, salah satunya terdorong oleh selisih imbal hasil yang sudah melebar menuju 280 basis poin dengan Amerika.
Bank Indonesia memprediksi capital outflow dalam jumlah besar yang menekan nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu, akan berakhir. Pada semester 1-2024, terdapat capital inflow Rp120 triliun di mana sebagian besar masuk ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menyatakan, proses outflow atau arus keluar modal asing dari pasar domestik saat ini sudah mereda. Seiring berakhirnya puncak permintaan dolar AS pada kuartal II-2024, ke depan inflow akan lebih besar.
“Inflow masih ditopang SRBI. Proses outflow sudah selesai. Juni dan Juli secara neto sudah terjadi inflow di saham dan SBN. Kita akan mendapat inflow lebih banyak lagi,” kata dia.
-- dengan bantuan laporan dari Roy Franedya.
(rui/aji)