Oleh karena itu, harga emas masih berpeluang naik. Target resisten terdekat adalah US$ 2.419/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.425/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Akan tetapi, investor patut mencermati pivot point di US$ 2.397/troy ons. Penembusan di titik ini akan membuat target support di kisaran US$ 2.393-2.382/troy ons akan terkonfirmasi.
Investor Gamang
Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 2.408,5/troy ons. Naik 0,53% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga emas pun sukses naik 2 hari berturut-turut. Kenaikan ini terjadi setelah harga turun lumayan dalam.
Pekan lalu, harga emas sempat terkoreksi 3 hari beruntun. Selama 3 hari tersebut, harga jatuh nyaris 3%.
Oleh karena itu, saat ini harga emas boleh dibilang sudah ‘murah’. Ini kemudian mendorong investor untuk kembali memborong aset tersebut.
Namun pagi ini, sepertinya pelaku pasar kembali gamang. Sebab, memang ada yang dinanti.
Pekan ini, akan ada rilis sejumlah data penting di Amerika Serikat (AS). Pada Kamis (25/7/2024) malam waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan merilis pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024.
Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal II-2024 tumbuh 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 1,4%.
Kemudian pada Jumat (26/7/2024) malam waktu Indonesia, akan dirilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Juni. PCE adalah indikator penunjuk inflasi yang menjadi pilihan bank sentral Federal Reserve.
Pada Juni, pasar memperkirakan laju PCE inti (core) secara bulanan ada di 0,1%. Sama dengan bulan sebelumnya, tetapi menjadi laju terlemah sejak November tahun lalu.
Berbagai data ini tentu akan jadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan. Sejauh ini, pasar cukup percaya diri bahwa Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan Federal Funds Rate paling cepat September.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September mencapai 93,6%. Kemudian, suku bunga acuan diperkirakan bisa turun 25 bps lagi ke 4,75-5% pada November dengan peluang 54,2%.
Bahkan masih ada ruang penurunan 25 bps lagi ke 4,5-4,75% pada Desember, kemungkinannya 49,6%. Jadi, bukan tidak mungkin suku bunga acuan di Negeri Adikuasa bisa turun 3 kali atau 75 bps sebelum 2024 berakhir.
Namun semua ini masih ekspektasi, belum jadi realisasi. Seperti yang sering dikemukakan Powell dan rekan, The Fed akan sangat data dependent, keputusan yang diambil berdasarkan pada data terkini.
Oleh karena itu, data pertumbuhan ekonomi dan PCE menjadi penting karena merupakan landasan bagi The Fed dalam pengambilan keputusan. Sebelum data itu dirilis, investor pun memilih wait and see.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)