Data penting itu akan menjadi bekal terakhir para pengambil kebijakan Federal Reserve yang dijadwalkan menggelar pertemuan Komite Terbuka (FOMC) pada akhir bulan ini.
Indeks dolar AS kembali jadi buruan menyusul kekecewaan para investor akan laporan keuangan korporasi teknologi kakap penghuni indeks Wall Street yang kurang menggigit. Namun, investor masih optimistis terhadap prospek penurunan bunga acuan The Fed paling cepat September nanti, terindikasi dari lelang Treasury yang masih meriah kemarin.
Rupiah sebenarnya memiliki sentimen positif dari pasar domestik dengan lelang Surat Utang Negara kemarin yang mendapat sambutan hangat dari investor. Incoming bids naik 18% dibanding lelang SUN sebelumnya. Hasil survei perbankan terbaru yang dilansir oleh Bank Indonesia juga mencatat optimisme para bankir di mana kredit bank tahun ini diprediksi tumbuh hampir 12% di tengah situasi likuiditas yang lebih ketat.
Namun, sentimen luar masih lebih kuat menyetir pergerakan rupiah.
Secara teknikal nilai rupiah telah masuk ke area Rp16.220-Rp16.250/US$. Terdapat level support terkuat terkonfirmasi di Rp16.300/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.200/US$. Target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.170/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.200/US$, maka masih ada potensi melemah. Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.150/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.100/US$.
(rui)