Logo Bloomberg Technoz

SpaceX dalam pernyataan resminya memberi tahu, “Tahap kedua Falcon 9 mengalami kebocoran oksigen cair. Meskipun sempat selamat dan masih bisa meluncurkan satelit, tapi roket tidak berhasil mengitari orbitnya.”

Lembaga administrasi penerbangan federal AS (Federal Aviation Administration/FAA) telah mendorong proses investigasi atas insiden anomali ini.

“FAA akan terlibat dalam setiap langkah proses investigasi dan harus menyetujui laporan akhir SpaceX, termasuk tindakan korektif apa pun. Kembalinya penerbangan didasarkan pada keputusan FAA bahwa sistem, proses, atau prosedur apa pun yang terkait dengan kecelakaan itu tidak memengaruhi keselamatan publik,” tulis pejabat FAA.

“Selain itu, SpaceX mungkin perlu meminta dan menerima persetujuan dari FAA untuk memodifikasi lisensinya yang menggabungkan tindakan korektif dan memenuhi semua persyaratan lisensi lainnya.”

Sesaat insiden terjadi Elon Musk mengatakan timnya sedang melakukan peninjauan untuk mengetahui penyebab roket terbakar, dengan memberi penjelasan teknis bahwa restart tahap atas untuk menaikkan perigee menghasilkan RUD mesin untuk alasan yang saat ini tidak diketahui. 

Kegagalan roket milik SpaceX dengan memuat 20 Starlink ini terjadi di ketinggian minimum 135 kilometer. Secara teknikal pada ketinggian tersebut hambatan atmosfer memperlambat lajunya sehingga setiap 5 km satelit Starlink jatuh kembali ke atmosfer Bumi.

Berdasarkan catatan peluncuran Falcon 9 mengalami kegagalan major pada Juni 2015 atau setelah 350 kali peluncuran sejak debut perdana di pertengahan 2010. Kala itu insiden mengakibatkan hilangnya kapsul kargo robotik Dragon yang sedang menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS).

(fik/wep)

No more pages