Analis Riset Mirae Asset Christopher Rusli melihat ada tren saat ini dari perusahaan teknologi di Indonesia, termasuk GOTO dan PT Bukalapak Tbk (BUKA), yang mulai fokus untuk membidik target profitabilitas seiring dengan meningkatnya biaya pendanaan.
Christopher menilai GOTO kembali ke mode mengejar pertumbuhan bisnis sambil mempertahankan strategi menuju profitabilitas. Mirae Asset mencatat, performa keuangan GOTO di Q1-2024 beragam dengan peningkatan nilai transaksi bruto (GTV) sebesar 20% year on year (YoY). Tapi EBITDA grup yang disesuaikan masih negatif -Rp102 miliar di kuartal itu.
Pada kuartal I-2024, GOTO mencatatkan rugi bersih atribusi entitas induk sebesar Rp861,91 miliar, turun drastis hingga 78% dari kuartal I-2023 yang rugi Rp3,86 triliun. Pendapatan bersih GOTO melesat 22% menjadi Rp4,08 triliun dari sebelumnya Rp3,33 triliun.
Di Gojek, lini bisnis On-Demand Services (ODS), pendapatan bruto Gojek naik 12% yoy, mencapai Rp3,3 triliun, didorong layanan nilai tambah. EBITDA yang disesuaikan untuk Gojek positif selama dua kuartal berturut-turut, di mana Q1 mencapai Rp 166 miliar.
Sementara itu di bisnis fintech, pendapatan bruto GTF melejit 57% mencapai Rp666 miliar, dengan tingkat pemberian pinjaman dari bisnis pinjaman konsumen GoTo (produk buy now pay later/BNPL dan pinjaman tunai) melesat tiga kali lipat menjadi Rp2,7 triliun yoy.
“Kami melihat GOTO dan BUKA konsisten mengalami peningkatan kinerja. Kami percaya sentimen positif atas sektor teknologi diperlukan demi mendorong kenaikan harga saham,” kata dalam publikasi riset terbarunya, menjelang akhir pekan lalu.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia pun menyematkan rating netral seiring dengan peningkatan kinerja di kuartal 1-2024.
(ibn/dhf)