Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan penurunan harga nikel terjadi karena lemahnya permintaan China imbas perekonomian Negeri Panda yang belum pulih.
Sekadar catatan, produk domestik bruto (PDB) China hanya tumbuh 4,7% pada kuartal II-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, atau merupakan laju terburuk dalam lima kuartal.
Kedua, harga tembaga turun 1% menjadi US$9.216/ton pada penutupan perdagangan Senin. Harga ini melanjutkan tren penurunan mingguan terburuk dalam hampir dua tahun terakhir.
Kemerosotan harga tembaga dan logam nonbesi lainnya dipicu sentimen penurunan suku bunga di China yang ternyata tidak banyak membantu mengimbangi kekhawatiran terhadap permintaan dari negara tersebut.
Harga logam yang dipandang sebagai penentu arah perekonomian turun untuk hari keenam, bahkan setelah China meningkatkan dukungan terhadap perekonomian dengan penurunan suku bunga yang mengejutkan.
Langkah ini terjadi setelah kurangnya stimulus jangka pendek dari pertemuan besar Partai Komunis mengecewakan investor pekan lalu.
Sebuah dokumen terperinci yang diterbitkan pada Minggu memaparkan rencana partai tersebut untuk meningkatkan keuangan pemerintah daerah China, termasuk dengan mengalihkan lebih banyak pendapatan dari kas pusat.
“Namun, tanpa langkah-langkah stimulus lebih lanjut, hanya ada sedikit harapan untuk pemulihan jangka pendek di sektor properti dan konstruksi yang banyak mengandung tembaga,” menurut Ewa Manthey, ahli strategi komoditas di ING Bank NV, dilansir Bloomberg.
Ketiga, timah juga mengalami penurunan sebesar 3,74% menjadi US$29.888/ton. Sebelumnya padahal timah sempat menguat menjadi US$34.468/ton pada April 2024.
Sementara, BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — juga menurunkan perkiraan harga timah untuk 2024. Rerata harga timah untuk tahun ini akan bertengger di US$26.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$28.000/ton.
Hal ini disebabkan karena harga tahun ini dimulai dari basis yang lebih rendah di tengah berita pelonggaran larangan penambangan di Myanmar.
Meskipun penambangan di tambang Man Maw, yang menyumbang hampir seluruh pasokan timah di Myanmar, belum diaktifkan kembali meskipun larangan untuk semua operasi penambangan lainnya telah dicabut mulai 4 Januari, negosiasi masih berlangsung. BMI memperkirakan keputusan akan diambil dalam waktu dekat.
(dov/wdh)