Logo Bloomberg Technoz

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Investor menantikan dengan cermat data pembacaan pertama terhadap pertumbuhan ekonomi AS di Kuartal II-2024 yang akan terbit pekan ini, pada Kamis (25/7/2024) malam waktu Indonesia.

Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada Kuartal II-2024 hanya akan bertumbuh 1,4% secara kuartalan yang disetahunkan (Annualized). Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sempat ada di 1,9%.

Ekonomi AS yang ‘Mendingin’ kian menegaskan bahwa sudah saatnya ada pelonggaran moneter. Oleh karena itu, Bank Sentral AS, Federal Funds Rate diperkirakan bakal memangkas suku bunga, paling cepat September.

Selanjutnya, data inflasi penting yang menjadi acuan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan yaitu inflasi Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE), di mana sebelumnya inflasi inti AS berhasil melambat di Mei, menandai kenaikan terkecil dalam enam bulan. Juga terkecil sejak November 2020.

Sedangkan yang terdekat, atau pada hari ini, investor menanti data penjualan rumah di AS serta indikator manufaktur dan jasa Richmond Fed. 

Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Bank Sentral China (Peoples Bank of China/PBOC) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan dengan tujuan untuk menyuntikkan ‘Nyawa’ baru ke dalam sektor properti yang sedang sekarat. Sementara itu, Partai Komunis China merilis rincian dari pertemuan pejabat tinggi yang membahas berbagai strategi untuk menggairahkan ekonomi yang masih lesu. 

“PBOC menurunkan suku bunga Loan Prime Rate (LPR) bertenor 5 tahun (digunakan sebagai rujukan untuk menentukan suku bunga KPR) sebesar 10 bps menjadi 3,85% dari 3,95%. Suku bunga LPR bertenor 1 tahun diturunkan menjadi 3,35% dari 3,45%,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Ringkasan dari Rapat Pleno Partai Komunis minggu lalu memuat target ambisius untuk mencapai tujuan Xi Jinping dalam mengantarkan China sebagai ekonomi pasar sosialis berstandar tinggi dalam segala hal di tahun 2035.

Lebih lanjut, dokumen tersebut juga menjanjikan akses pasar yang setara dan dukungan bagi swasta dan BUMN serta membangun koordinasi internasional yang lebih baik dari kebijakan ekonomi.

Dari dalam negeri, investor juga akan mencermati rilis Survei Perbankan yang akan dilansir oleh Bank Indonesia hari ini. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,38% ke 7.321 disertai dengan munculnya volume pembelian. 

“Selama IHSG belum mampu break 7.354 sebagai resistance terdekatnya, saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian awal dari wave 2 dari wave (3),” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (23/7/2024).

Herditya juga memberikan catatan, sehingga penguatan IHSG ini akan relatif pendek, dan IHSG akan rawan terkoreksi kembali. Adapun area koreksi IHSG diperkirakan akan menguji ke rentang 7.026-7.199.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BBCA, MIDI, PNBN, dan PTBA.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan minor pullback ke kisaran 7,290 di Selasa (23/7).

“Secara teknikal, IHSG membentuk pola hanging man di Jumat (19/7) diikuti pola shooting star di Senin (22/7). Keduanya merupakan indicator pullback di Selasa (23/7),” tulisnya.

Dari dalam negeri, pasar juga mengantisipasi data Cadangan Devisa Juni 2024. Cadangan Devisa diperkirakan terpangkas di Juni 2024 seiring dengan upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Meski demikian, kondisi Cadev diperkirakan masih jauh di atas rasio kecukupan minimal internasional di 3 bulan impor.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BRIS, ADMR, ACES, ARTO, dan HRUM.

(fad/aji)

No more pages