Logo Bloomberg Technoz

“Pasar emas relatif sepi. Investor menunggu bagaimana keputusan Partai Demokrat akan mengubah peta pilpres,” kata Jeffrey Christian, Managing Partner di CPM Group, seperti diberitakan Bloomberg News.

“Masih terlalu awal untuk mengambil posisi strategis. Namun dalam jangka panjang, mungkin emas akan diuntungkan jika Trump menghuni Gedung Putih. Kepemimpinan Trump mungkin diwarnai dengan inflasi dan ketegangan geopolitik, sementara kebijakan luar negeri Harris belum bisa tergambarkan,” papar Rhona O’Connell, Analis StoneX, juga dikutip dari Bloomberg News.

Selain itu, pelaku pasar juga menantikan data pembacaan pertama terhadap pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024 yang akan terbit Kamis (25/7/2024)  malam waktu Indonesia. Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Negeri Adidaya pada kuarta II-2024 tumbuh 1,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,9%.

Ekonomi AS yang ‘mendingin’ kian menegaskan bahwa sudah saatnya ada pelonggaran moneter. Oleh karena itu, bank sentral Federal Funds Rate diperkirakan bakal menurunkan suku bunga, paling cepat September.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih setia di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,59. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Sudah paling rendah, sangat jenuh jual (oversold).

Alhasil, harga emas berpeluang naik. Cermati US$ 2.409/troy ons yang akan menjadi pivot point. Jika tertembus, maka target US$ 2.412-2.416/troy ons akan terkonfirmasi.

Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.382/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi ke arah US$ 2.361/troy ons.

(aji)

No more pages