Pada sebuah trading desk milik JPMorgan Chase & Co, Kepala Intelijen Pasar AS Andrew Tyler mengharapkan katalis pendapatan yang positif untuk mengangkat S&P 500 dari kemerosotannya, terutama dengan estimasi analis untuk apa yang disebut saham–saham teknologi Magnificent Seven, yang menandakan “kuartal monster lainnya,” tulisnya dalam sebuah catatan kepada klien.
Magnificent Seven dihuni oleh; Nvidia Corp, Apple Inc, Amazon.com Inc, Meta Platforms Inc, Microsoft Corp, Tesla, dan Alphabet
Kelompok ini diperkirakan akan membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 30% untuk kuartal kedua dari periode tahun lalu.
Prediksi hasil yang optimis akan menjadi pendorong yang sangat dibutuhkan untuk ekuitas AS, dengan S&P 500 mulai bergerak sideways setelah paruh pertama tahun ini.
Pasar saham menghadapi tekanan menuju periode yang lebih lemah secara musiman, dengan volatilitas cenderung meningkat karena ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS.
Valuasi yang melebar, terutama di antara saham-saham teknologi, juga membuat para investor khawatir. Lewat pemikiran tersebut, sekitar 70% responden survei mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk meningkatkan eksposur mereka terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar AS di paruh kedua tahun ini.
Penurunan indeks ekuitas AS baru-baru ini lebih merupakan “perubahan” daripada “kemerosotan”, menurut Michael Sansoterra, kepala investasi di Silvant Capital Management.
Menurut dia, perusahaan-perusahaan di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) masih terus melakukan belanja, sehingga memberikan kekuatan pada cerita AI untuk terus mendorong saham-saham teknologi lebih tinggi.
Sansoterra telah memegang Nvidia sejak 2019 di setidaknya satu dana perusahaan.
“Kami berharap pendapatan benar-benar berjalan dengan baik. Kami memperkirakan kuartal ini akan terlihat lebih seperti kuartal sebelumnya, jenis perusahaan yang sama mengalami kerugian karena alasan yang sama,” kata Sansoterra.
Saham-saham sektor teknologi terpukul minggu lalu karena kekhawatiran atas pembatasan perdagangan. Hal tersebut memicu aksi jual saham semikonduktor dan investor beralih dari saham-saham berkapitalisasi besar ke saham-saham berkapitalisasi kecil.
Ahli strategi taktis Goldman Sachs Group Inc, Scott Rubner, menilai bahwa pergerakan ini merupakan awal dari koreksi musim panas, didorong oleh musiman yang lemah, posisi melebar, dan semua kabar baik dan telah diperhitungkan.
Pendapatan dapat “membantu menstabilkan keadaan, tetapi saya tidak yakin itu akan menjadi katalisator yang hebat,” kata Kevin Gordon, pakar strategi investasi senior di Charles Schwab & Co.
“Zona pertumbuhan pendapatan yang kita masuki secara historis konsisten dengan kenaikan yang lebih hangat untuk S&P 500.”
“Tidak ada yang buruk, tetapi masuk akal ketika Anda mempertimbangkan fakta bahwa kenaikan terkuat cenderung terjadi ketika pendapatan muncul dari resesi,” ucap dia.
“Hal itu sudah terjadi, jadi sekarang dengan siklus pendapatan yang semakin matang, pasar sudah melihat hal itu.”
Standarnya akan menjadi yang tertinggi untuk teknologi, kata Dave Mazza, kepala eksekutif di Roundhill Investments. Dia tetap bersikap konstruktif terhadap pasar secara luas, namun mengatakan “kecuali kita melihat hasil yang benar-benar spektakuler, saya rasa tidak akan cukup untuk mengimbangi koreksi ini dalam jangka waktu yang sangat pendek.”
Sementara berita utama tentang pemilihan presiden AS semakin meningkat karena Wakil Presiden Kamala Harris kemungkinan besar akan menggantikan Presiden Joe Biden sebagai calon dari Partai Demokrat, sebagian besar peserta survei mengatakan bahwa posisi ekuitas mereka tidak bergantung pada hasil kampanye.
Paruh kedua tahun pemilihan umum secara historis mendukung S&P 500, menurut ahli strategi Bloomberg Intelligence, Gina Martin Adams dan Michael Casper. Sejak tahun 1928, indeks saham acuan ini telah naik rata-rata 5,2% pada kuartal ketiga tahun-tahun pemilihan umum, dan imbal hasilnya positif 62,5%, menurut data mereka.
Survei MLIV Pulse dilakukan dari tanggal 15 Juli hingga 19 Juli di antara terminal Bloomberg News dan pembaca online di seluruh dunia yang memilih untuk terlibat dalam survei ini, dan termasuk manajer portofolio, ekonom, dan investor ritel.
Minggu ini, survei tersebut menanyakan apakah kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih akan memperkuat atau memperlemah dolar.
(bbn)