“Partai Demokrat telah menjadi yang pertama mempersiapkan diri untuk pemilihan umum AS tahun 2028. Masa depan menjanjikan,” kata pengguna Weibo lainnya.
Meskipun Harris sempat bertemu dengan Presiden Xi Jinping di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di Thailand pada tahun 2022, ia belum pernah mengunjungi China sebagai wakil presiden yang berarti warga China kurang mengenalnya.
Hal ini berbeda dengan Gubernur California Gavin Newsom yang tahun lalu membawa pesan yang lebih dovish ke Beijing dalam sebuah perjalanan yang mendapat sambutan meriah di negara Asia tersebut.
Pada jajak pendapat online terhadap 12.000 pengguna Weibo pada hari Senin menemukan bahwa hampir 80% sekarang percaya bahwa Trump akan mengalahkan Harris dalam pemilihan bulan November, menurut hasil yang diposting oleh Morning Post yang berbasis di Shanghai pada tengah hari, sekitar lima jam setelah pertanyaan pertama kali diajukan.
Sebuah akun media sosial yang berafiliasi dengan CCTV menyindir AS secara terselubung dalam sebuah artikel di WeChat pada hari Minggu.
Memuji langkah stabil China dalam mendorong reformasi, artikel tersebut mengatakan “krisis telah meletus di beberapa negara,” dan menambahkan bahwa dunia bahkan telah melihat “situasi ekstrem dari tokoh politik yang diserang oleh seorang pembunuh bayaran.”
Gambar-gambar Trump yang berlumuran darah dengan penuh semangat melambaikan tinjunya beberapa detik setelah ditembak beredar di media sosial China awal bulan ini.
Pengalaman dengan kematian tersebut tampaknya telah meningkatkan popularitas mantan presiden tersebut - yang memulai perang dagang dengan Beijing saat masih menjabat di Gedung Putih - dengan warga yang memuji naluri politiknya.
“Trump akan menang!” tulis seorang pengguna Weibo dalam sebuah unggahan yang mendapat 14.000 like dan menyebut foto yang kini menjadi ikon itu ‘sempurna’.
Media pemerintah termasuk Guangzhou Daily menyoroti bahwa Harris akan menjadi kandidat presiden Amerika pertama yang merupakan keturunan Asia. Namun hanya sedikit laporan yang menyebutkan implikasi kebijakan yang mungkin terjadi pada pemerintahannya terhadap China.
“Kebijakannya terhadap China selama pemilu mungkin akan meluas dari ideologi-ideologi Partai Demokrat yang biasa,” kata Tang Xiaoyang, ke[ala departemen hubungan internasional di Universitas Tsinghua. “Namun dalam jangka pendek, ia kemungkinan tidak akan mengembangkan strategi yang sangat terarah terhadap Cina.”
(bbn)