Selain itu, negara pimpinan Kim Jong un ini juga meningkatkan ketegangan di kawasan setelah melakukan serangkaian uji coba senjata dan sistem persenjataan baru yang bisa melakukan serangan nuklir ke AS, Korea Selatan dan Jepang.
Uji coba Korea Utara ini juga meliputi kapal tanpa awal bawah laut "Haeil" yang baru-baru ini diuji coba. Kapal drone laut ini disebut bisa menimbulkan "tsunami radioaktif", klaim yang diragukan oleh militer Korea Selatan.
Bulan ini AS, Korea Selatan dan Jepang mengadakan latihan kapal selam di laut lepas kepulauah Jeju, Korea Selatan.
Korea Utara menanggapi kegiatan ini dengan mengeluarkan peringatakan bahwa AS dan negara bonekanya membahayakan diri mereka sendiri dan senjata nuklir siap digunakan kapan pun untuk mencegah "langkah sembarangan pecandu perang."
Kedua negara Korea yang secara teknis masih dalam keadaan perang tidak memiliki layanan telepon biasa. Mereka mendirikan satu jaringan telpon pada 2018 setelah terjadi serangkaian pertemuan puncak yang bertujuan mengendorkan ketegangan. Namun, Korea Utara beberapa kali memutus jaringan komunikasi itu karena marah.
Korea Utara memutus jaringan telekomunikasi itu pada sejak Juni 2020 selama satu tahun sebagai protes terhadap perilaku pegiat Korea Selatan yang mengirim poster berisi kritik pada rejim Kim Jong Un dengan balon udara.
Beberapa minggu kemudian, jaringan komunikasi ini kembali diputus selama dua bulan karena Pyongyang marah dengan latihan militer bersama AS-Korea Selatan.
(bbn)