Logo Bloomberg Technoz

Dalam kaitan itu, Meidy berpandangan, jike kembali menjadi Presiden AS, Trump tidak bakal tergesa-gesa untuk mengembangkan EV. Menurutnya, Trump dengan latar belakang seorang pengusaha tentu memikirkan manfaat yang didapatkan melalui pengembangan EV.

Namun, ke depannya, Meidy optimistis bahwa calon presiden AS dari Partai Republikan itu juga bakal mengembangkan EV seiring dengan adanya tren energi bersih. 

“Tinggal konsep sistem seperti apa, pengusahanya tetap nyaman, pengusahanya tetap mendapat cuan, tetap berusaha, tapi tidak menyampingkan green energy kedepannya,” ujarnya. 

Gandeng Negara Lain 

Meidy menggarisbawahi Indonesia juga perlu memperluas kemitraan dengan negara lain mengenai pengembangan EV dan tidak hanya mengandalkan AS dan China. Menurutnya, Indonesia bisa menggandeng negara-negara di kawasan Eropa, Australia dan Asia lainnya.

“Perang dagang antara AS sama Cina, kita berharap mereka yang perang, kita saat ini juga jangan cuma menggandeng China, kita harus mengganteng negara lain, contoh misalnya Eropa, Australia, Asia yang lain juga masih banyak,” ujarnya.

Dilansir Bloomberg, Trump menggunakan pidato pencalonannya untuk mengkritik kebijakan EV Presiden petahana Joe Biden dan berjanji akan mengambil tindakan terhadap kebijakan tersebut pada hari pertamanya menjabat.

“Saya akan mengakhiri mandatori EV pada hari pertama,” kata Trump dalam pidatonya di Konvensi Nasional Partai Republikan di Milwaukee.

Langkah ini akan menghasilkan “penyelamatan industri otomotif AS dari kehancuran total, yang sedang terjadi saat ini, dan menghemat ribuan dolar per mobil bagi pelanggan AS,” katanya.

Menanggapi pernyataan tersebut, Biden dalam akun X resmi mengatakan bahwa tidak ada mandatori EV.

“Trump, tidak ada mandatori EV. Lalu, manufaktur AS berkembang pesat di bawah pemerintahan saya,” ujar Biden.

(dov/wdh)

No more pages