“Saya tidak ingin mengatakan bahwa semuanya buruk, bukan itu masalahnya, hanya saja kita saat ini, jika saya berbicara secara global tentang industri nikel baru, belum berada pada standar internasional terbaik,” ujarnya.
Menurut Faour, Eramet —sebagai perusahaan asal Prancis— juga bisa berkontribusi untuk meningkatkan keberlanjutan dan ketertelusuran tersebut.
Terlebih, Eramet telah memutuskan untuk mencoba mematuhi standar Initiative for Responsible Mining Assurance [IRMA], yang dikenal sebagai standar yang paling menuntut terkait aktivitas pertambangan di dunia.
Saat ini, Eramet juga sedang dalam proses untuk mematuhi IRMA untuk pertambangan PT Weda Bay Nickel, yang merupakan perusahaan patungan antara Eramet, Tsingshan Group dan Antam.
“Jadi, dengan adanya kemauan dari pemerintah, ditambah komitmen dari beberapa pemain besar seperti Eramet, saya kira ini membuat saya optimis terhadap kemampuan Indonesia untuk menjawab tantangan ini,” imbuhnya.
Selain itu, Faour juga berharap terus mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam operasionalnya di Indonesia.
Perusahaan tambang yang berbasis di Prancis tersebut berharap Prabowo terus memberikan dukungan berkelanjutan untuk mengembangkan diri dan mengelaborasi kemitraan antara perusahaan dan negara.
“Sejauh yang saya pahami, presiden baru dan pemerintahan baru yang akan dibentuk atau dicalonkan, akan melanjutkan kebijakan untuk mengembangkan Indonesia dalam baterai kendaraan listrik atau electric vehicle [EV]. Jadi ini adalah poin yang sangat positif,” ujar Faour.
(dov/wdh)