Logo Bloomberg Technoz

Bos Eramet Soal Hilirisasi Nikel RI: Belum Standar Internasional

Dovana Hasiana
22 July 2024 12:20

Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour menilai tantangan penghiliran atau hilirisasi nikel di Indonesia adalah kemauan penambang untuk memproduksi nikel yang lebih 'hijau' atau memenuhi kaidah ramah lingkungan.

Selain itu, hilirisasi nikel di Tanah Air dinilai belum berada pada standar internasional terbaik. Dengan demikian, dia menilai Indonesia harus melangkah lebih maju khususnya di era transisi energi.

Faour mengatakan saat ini Indonesia tidak memiliki banyak pemain yang mencapai tingkat keberlanjutan dan memenuhi syarat ketertelusuran atau traceability produk untuk bisa masuk ke pasar kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) internasional seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS).

“Saya tidak ingin mengatakan bahwa semuanya buruk, bukan itu masalahnya, hanya saja kita saat ini, jika saya berbicara secara global tentang industri nikel baru, belum berada pada standar internasional terbaik,” ujar Faour dalam wawancara bersama Bloomberg Technoz.

Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour. (Dok. Eramet Indonesia)

Menurut Faour, Eramet —sebagai perusahaan asal Prancis— juga bisa berkontribusi untuk meningkatkan aspek keberlanjutan dan ketertelusuran dalam industri nikel di RI.