Logo Bloomberg Technoz

Oleh karena itu, peluang harga emas untuk naik masih terbuka. Cermati pivot point di US$ 2.409/troy ons. Jika tertembus, maka target resisten US$ 2.412-2.426/troy ons akan terkonfirmasi.

Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.399/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi menuju US$ 2.382/troy ons.

Bertabur Sentimen Positif

Berbagai sentimen yang ada mendukung kenaikan harga emas. Pertama, Joseph ‘Joe’ Biden memutuskan untuk mundur dari kontestasi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Biden mendorong Wakil Presiden Kamala Harris untuk maju sebagai calon presiden dari Partai Demokrat untuk bertarung melawan Donald Trump dalam pilpres November mendatang.

“Ketidakpastian meningkat saat ini. Kita tidak punya sejarah di mana ada kandidat yang maju tanpa prosedur yang semestinya. Jadi sekali lagi kita berada di situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Matt Maley, Chief Market Strategist di Miiler Tabak + Co, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Perkembangan ini membuat investor memilih menempatkan dana di aset yang dipandang aman (safe haven). Salah satunya adalah emas. Peningkatan permintaan akan membuat harga emas kian berkilau.

Kedua, masih terkait pilpres AS, ketidakpastian calon dari Partai Demokrat membuat jalan Trump kembali ke Gedung Putih sepertinya makin mulus. Ini menjadi beban bagi langkah dolar AS. 

Dalam wawancara dengan Bloomberg Businessweek bulan lalu, Trump menegaskan bahwa dolar AS yang kuat akan mengurangi daya saing Negeri Adikuasa di pasar global. Pernyataan senada kemudian juga dilontarkan oleh JD Vance, calon wakil presiden yang akan mendampingi Trump.

“Reaksi yang langsung terjadi (dari pengunduran diri Biden di pilpres AS) adalah sentimen negatif bagi dolar AS. Namun rasanya terlalu cepat untuk menyimpulkan itu. Situasi akan tergantung dari kesan pertama terhadap Harris, siapa calon presiden pilihannya, dan bagaimana dinamika polling,” terang Olga Yangol, Head of Emerging Markets Research and Strategy di Credit Agricole, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Dolar AS dan emas memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat mata uang Negeri Adidaya melemah, biasanya harga emas malah naik.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS terdepresiasi, maka emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan naik dan harga pun mengikuti.

Ketiga adalah arah suku bunga acuan AS. Mengutip CME FedWatch, peluang pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September mencapai 92,6%. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega pun kemungkinan masih akan menurunkan suku bunga acuan 25 bps lagi pada November, probabilitasnya adalah 63%.

Tidak selesai sampai di situ, suku bunga acuan Negeri Adidaya masih bisa turun lagi 25 bps pada Desember dengan kemungkinan 50,3%. Artinya, bukan tidak mungkin suku bunga turun 3 kali atau 75 bps ke 4,5-4,75% sampai akhir tahun.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

(aji)

No more pages