Logo Bloomberg Technoz

George Soros Dukung Harris, Wall Street Mau Ada Lawan Kuat Trump

News
22 July 2024 10:55

George Soros (Sumber: Bloomberg)
George Soros (Sumber: Bloomberg)

Amanda Gordon dan Heather Perlberg - Bloomberg News

Bloomberg,
Dalam hitungan jam setelah Joe Biden memutuskan mundur dari pencalonan presiden Amerika Serikat (AS), banyak nama-nama besar dalam politik Partai Demokrat, mulai dari Hillary Clinton, Gavin Newsom, hingga donatur kakap seperti George Soros, bergabung untuk mendukung calon Wakil Presiden Kamala Harris sebagai pengganti kandidat calon presiden. Beberapa donor terkemuka Partai Demokrat mempertanyakan ketergesa-gesaan tersebut.

Konvensi terbuka akan bulan depan di Chicago, di mana orang-orang terbaik dan tercerdas dari partai ini dapat menyampaikan argumen mereka akan membangkitkan semangat di antara para pemilih dan menawarkan sebuah pertunjukan utama untuk kebijakan-kebijakan Partai Demokrat. Banyak dari para donatur mengatakan bahwa mereka akan senang jika Harris memenangkan kontes tersebut, namun mereka tidak ingin pekerjaan itu diserahkan sendiri kepadanya.

"Kontes mini itu akan mendapatkan lebih banyak pers, publisitas, dan liputan dibandingkan dengan apa pun di seluruh dunia selama satu bulan ke depan," ujar Mike Novogratz, miliarder pendiri Galaxy Digital Holdings. "Amerika siap untuk berubah."

Sepertinya para donatur tidak akan menjadi pihak yang menentukan langkah selanjutnya. Hal itu tergantung pada sejumlah anggota Partai Demokrat dan pejabat partai yang terpilih. Namun ketegangan mengenai bagaimana langkah selanjutnya menyoroti kesenjangan antara Partai Demokrat dan orang-orang yang mendanai kampanye mereka.

Saat Demokrat merencanakan langkah selanjutnya setelah keputusan bersejarah Biden untuk mengundurkan diri di tengah jajak pendapat yang mengecewakan dan kekhawatiran tentang ketajaman mental pria berusia 81 tahun itu, orang dalam partai, donor, dan ahli strategi saling berebut untuk mempengaruhi siapa yang akan dipilih sebagai penggantinya. Beberapa pihak mendorong gagasan bahwa kandidat lain selain Harris mungkin memiliki peluang yang lebih baik untuk mengalahkan calon dari Partai Republik, Donald Trump.