Logo Bloomberg Technoz

Secara rinci, dalam survei itu sebanyak 44% Milenial berencana membeli kendaraan listrik dan 15% sudah memilikinya, sementara 44% Gen Z akan membeli kendaraan listrik dan 16%-nya sudah memiliki.

Sumber: Deloitte

 Alasan utama di balik preferensi ini adalah faktor biaya, kemudahan penggunaan, serta kesadaran lingkungan.

Motor listrik, yang umumnya lebih terjangkau dibandingkan mobil listrik, menjadi pilihan yang lebih masuk akal bagi generasi muda yang baru mulai mandiri secara finansial. Biaya perawatan yang lebih rendah dan efisiensi bahan bakar juga menjadi faktor penarik.

Riset lain bertajuk “Indonesia Electric Vehicle Consumer Survey 2023”, edisi September 2023, yang rilis PWC, juga menunjukkan kecenderungan ini.

Sumber: PWC

Penelitian menunjukkan bahwa Gen Milenia adalah kelompok yang paling bersemangat memakai kendaraan listrik, kemungkinan besar karena kesadaran akan manfaat. Kesadaran ini berkat informasi media sosial dan umumnya tingkat pendidikan yang lebih tinggi di kalangan generasi muda Indonesia.

Dalam survei PWC ini, umumnya konsumen Indonesia, sebagian besar generasi muda, 73% ingin punya motor listrik. Kendati demikian, satu pertimbangan ke depan ialah kepedulian mereka terhadap ketersediaan stasiun pengisian baterai yang terbatas.

Pertimbangan motor ini berbeda dengan Gen X yang lahir antara 1965–1980, usia 44-59, yang cenderung  mempertimbangan kebutuhan praktis seperti keluarga, performa kendaraan, dan biaya. Dengan begitu, Gen X lebih tertarik pada kendaraan listrik berukuran lebih besar yang cocok untuk keluarga, dalam hal ini mobil listrik.

Riset McKinsey & Company, memperkuat alasan kenapa Gen Z sangat mempertimbangan faktor biaya untuk membeli mobil, sehingga pilihannya adalah motor.

Menurut riset ini, mobil adalah pengeluaran rumah tangga terbesar kedua setelah rumah. Memiliki dan mengemudikan mobil menjadi kian mahal, biayanya naik 13% di 2023 dibandingkan tahun 2022. Ini menambah rata-rata pengeluaran bulanan Gen Z sebesar US$1.000 atau setara Rp16 juta.

Menurut penelitian senior McKinsey, Max Flötotto dan tim, di separuh konsumen Gen Z di Eropa bahkan berencana membeli kendaraan listrik, tapi harga mobil yang tinggi menjadi kendala.

Di Indonesia, sebagai informasi, dari beberapa situs penjualan kendaraan listrik, harga motor memang jauh lebih terjangkau ketimbang mobil listrik.

Kajian The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) juga menunjukkan peralihan bakal lebih cepat khususnya ke motor listrik. Alasannya, harga motor listrik lebih terjangkau karena harga mobil listrik masih berkisar di atas Rp700 juta, terlalu tinggi dibandingkan daya beli mobil masyarakat Indonesia yang sekitar Rp300 juta.

Di Indonesia, motor listrik dijual dengan range harga Rp14,5 juta hingga Rp70 juta tergantung merek, spesifikasi dan lainnya. Beberapa brand motor listrik di antaranya Quest Atom Alpha, Katalis Spacebar EVO, Gesits G1, Electrum H3, United T-1800, Viar New Q1, Alva One, Smoot Tempur, hingga Selis Agats.

Untuk harga mobil listrik juga bervariasi dengan range antara Rp 189 juta hingga di atas Rp 2 miliar. Beberapa brand mobil listrik di antaranya Wuling Air EV, Neta V, Hyundai Ioniq 5, Toyota bZ4X, Kia EV6, Mercedes-Benz EQE, BMW i4, MINI Electric, hingga Jaguar i-Pace.

Dannif Danusaputro, Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), menilai dengan hadirnya program insentif untuk pembelian motor listrik baru sebesar Rp7  juta per unit per satu NIK membangkitkan keingintahuan dan mendorong keputusan untuk segera adopsi motor listrik.

“Harga motor listrik menjadi menarik. Hal ini tentunya perlu dibarengi dengan hadirnya program pembiayaan yang juga menarik. Kami di AEML melihat sisi enabler tidak hanya terkait infrastruktur kendaraan listrik seperti SPKLU dan SPBKLU, namun juga layanan purna jual dan kemudahan akses ke program pembiayaan. AEML senantiasa menjalin komunikasi dan kolaborasi dengan segenap pemangku kepentingan untuk memperkuat sisi enabler ini”, kata Dannif.

(ibn/dba)

No more pages