Para pejabat The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25 basis poin bulan lalu, yang membuat suku bunga berada di kisaran 4,75%- 5%, dari hampir 0% setahun sebelumnya.
The Fed sekarang mencoba mencari tahu sejauh mana krisis perbankan yang terjadi itu bisa berdampak negatif pada pemberian pinjaman yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi.
"Di masa lalu yang terjadi adalah pengetatan pemberian pinjaman," kata Williams yang mengatakan dampaknya pada pengeluaran dan lapangan kerja.
"Kami tidak tahu apakah hal itu akan terjadi kali ini. Kami belum melihat indikasi jelas bahwa pengetatan pemberian kredit sudah terjadi dan kami belum tahu seberapa besar dampaknya."
Laporan The Fed New York memperlihatkan bahwa konsumen semakin pesimistis terkait kemampuan mereka mendapatkan kredit. Laporan yang dirilis Senin (10/4/2023) itu menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga yang mengatakan semakin sulit mendapatkan pinjaman naik ke angka tertinggi sejak survey harapan konsumen ini dilakukan hampir 10 tahun lalu.
Para pejabat The Fed secara agresif menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan perkiraan bulan lalu menunjukkan bahwa 18 anggota dewan gubernur bank sentral memperkirakan tingkat suku bunga akan berada pada posisi 5,1% di akhir tahun 2023. Hal ini berarti akan terjadi kenaikan sekali lagi sebesar 0,25 basis poin.
Para investor memprediksi kenaikan itu akan dilakukan pada pertemuan The Fed berikut, pada 2-3 Mei, dan kemudian akan memotong suku bunga pada tahun ini. Namun, berdasarkan analisis prediksi para pejabat the Fed ini perkiraan pemotongan suku bunga tersebut tidak akan terjadi.
Gubernur Bank Sentral New York Williams sendiri mengecilkan signifikansi ekspektasi pasar terhadap pembuat kebijakan.
"Pada akhirnya, saya tidak terlalu khawatir terutama soal ekspektasi pasar karena bisa saja ada berbagai pandangan soal kinerja perekonomian," kata Williams. "Kami harus mengambil keputusan yang menurut kami adalah yang terbaik untuk mencapai tujuan menciptakan lapangan kerja dan stabilitas harga."
(bbn)