Jika resmi tercatat, Bank Sumut akan menjadi bank keempat melantai di Bursa Efek Indonesia. Tiga bank sebelumnyanya, yaitu PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM), dan PT BPD Banten Tbk (BEKS).
Dua dari empat emiten BPD yang melantai di BEI, BJBR menjadi pemilik aset terbesar Rp172 triliun, di posisi ke-dua ada BJTM dengan angka Rp108 triliun. Sedangkan Bank SUMUT yang akan IPO pada Januari 2023 ada di posisi ke-tiga dengan jumlah total aset senilai Rp41 triliun, serta terakhir ada BEKS Rp8 triliun.
Dari sisi kinerja pendapatan bunga masih sama secara perbandingannya, dipimpin oleh BJBR mencapai Rp 4 triliun, kemudian di posisi ke-dua ditempati oleh BJTM dengan raihan Rp 2,4 triliun, serta disusul Bank SUMUT dengan angka Rp 1,2 triliun. Dan BEKS masih menempati posisi terakhir dengan hanya membukukan Rp 56 miliar pada kinerja Kuartal II-2022.
Alhasil, secara kinerja laba bersih dari keempat saham BPD yang sudah go public tersebut. BJBR terus unggul dibandingkan lainnya.
Nama Perusahaan | Laba Bersih |
PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) | Rp1,19 triliun |
PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM) | Rp815 miliar |
PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk (BSMT) | Rp460 miliar |
PT BPD Banten Tbk (BEKS) | (Rp83 miliar) |
(Sumber: Laporan Keuangan masing-masing Bank BPD)
Valuasi Saham BPD
BSMT | BJBR | BJTM | BEKS | |
BVPS | Rp1.481 | Rp1.327 | Rp726 | Rp34 |
PBV | 0,34x | 1,01x | 0,97x | 1,47x |
ROA | 2,1% | 1,44% | 1,63% | (Masih mencatatkan rugi) |
ROE | 17% | 17% | 14% | (Masih mencatatkan rugi) |
Secara kesimpulan, Saham IPO Bank SUMUT menarik dicermati, karena memiliki valuasi yang “murah” dengan perhitungan metode valuasi PBV, serta memiliki kinerja yang sangat potensial untuk terus bertumbuh mengindikasikan nilai buku wajarnya ada di level harga Rp 1.481 dengan nilai PBV hanya 0,34x.
Perekonomian dalam negeri Indonesia diproyeksikan akan terus melanjutkan perbaikan, didukung penuh oleh peningkatan konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal. Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia (BI) terakhir, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dalam negeri Indonesia.
Dalam periode 2021 hingga 2023, Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh kuat sebesar 3,3%, 5,6%, dan mencapai 6,0%. Kebijakan penanganan pandemi oleh Pemerintah dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang berlaku efektif di 2021 serta diperkuat dengan fokus penciptaan tenaga kerja di 2022 menjadi faktor penting dalam meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Industri Perbankan Indonesia sebagai intermediasi keuangan mulai membaik di tahun 2021 dan 2022. Hal tersebut tercermin dengan adanya level pertumbuhan pada tahun 2021 pada sisi aset perbankan sebesar 10,18% secara YoY, pembiayaan 4,92% YoY, dan dana pihak ketiga 12,21% YoY.
Dari segmentasi permodalan perbankan, Capital Adequacy Ratio (CAR) / Rasio Kecukupan Modal tahun 2021 berada pada 25,66% meningkat dari sebelumnya 23,89% pada tahun 2020. Beberapa rasio juga meningkat seperti Return on Assets (ROA) Perbankan secara rata-rata naik dari 1,59% di tahun 2020 menjadi senilai 1,85% di tahun 2021 dan 2,33% di kinerja tahun 2022.
Potensi Sumut
Sumatera Utara merupakan daerah dengan tingkat realisasi APBD kedua terbesar di luar pulau Jawa, dengan nilai sebesar Rp13 Triliun pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut, diprakirakan 41% akan digunakan dalam proyek infrastruktur pada tahun 2022, yang mana rekening pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah APBD dikelola Perseroan demikian pula dengan supply chain Pemerintah Daerah.
Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh OJK per Februari 2022, share penghimpunan dana Perseroan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 9,84%. Besarnya potensi dana yang ada di wilayah kerja Perseroan akan mendorong Perseroan untuk menciptakan dan mengembangkan produk-produk dana yang lebih kompetitif serta memberikan pelayanan yang lebih baik.
Disclaimer:
Artikel ini bukan ajakan dari Bloomberg Technoz untuk membeli saham tertentu. Semua risiko investasi yang dilakukan investor menjadi tanggungjawab secara mandiri.
(fad)