Kyodo malaporkan bahwa dalam empat bulan berturut-turut hingga Juni jumlah wisatawan asing yang tiba di Jepang melebihi tiga juta orang per bulan dan jumlah uang yang dibelanjakan pada periode April-Juni mencapai US$13,4 miliar.
Nilai tukar yen yang lemah memicu banjir wisatawan di Jepang dan ini menggerakkan ekonomi negara dan provinsi yang rentan.
Mata uang Jepang itu mencapai titik terendah terhadap dolar awal bulan ini sementara perbedaan suku bungan antara Jepang dan Amerika Serikat terus menekan yen.
Pelemahan yen mengubah Jepang dari daerah wisata yang mahal menjadi lokasi yang relatif lebih murah untuk berwisata dan belanja.
Nikkei melaporkan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akan menyatakan bahwa dana yang dibelanjakan wisatawan pada 2024 akan mencapai US$50,8 miliar. Kishida akan berpidato di satu pertemuan yang bertujuan mempromosikan pariwisata pada Jumat (19/7/2024).
Meski yen yang murah menarik wisatawan dan pebelanja untuk datang ke Jepang, hal ini juga memicu periode inflasi tertinggi dalam beberapa dekade. Faktor inflasi ini membuat belanja konsumen dalam negeri melambat.
Selain itu, muncul sikap warga Jepang yang kesal dengan banjir wisatawan asing ini.
Dewan kota Kyoto melarang wisatawan mendatangi jalan-jalan kecil pribadi di daerah Gion, sementara pemda Fujikawaguchiko mendirikan pagar agar wisatawan tidak mengambil foto satu toko kecil yang berlatar belakang Gunung Fuji.
(bbn)