Mengutip riset Mega Capital Securities, pelemahan mata uang Asia disebabkan oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Yield obligasi pemerintah Negeri Paman Sam tenor 10 tahun naik 4,4 basis poin (bps) menjadi 4,2%. Diikuti tenor 30 tahun naik 4,7 bps ke 4,42% dan tenor 2 tahun naik 3,4 bps ke 4,47%.
Akibatnya, dolar AS pun perkasa. Kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,46% ke 104,16.
Sementara dari dalam negeri, Mega Capital menilai pengangkatan Thomas Djiwandono sebagai Wakil Menteri Keuangan II menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Sebab, ini merupakan hal yang tidak biasa karena Kementerian Keuangan yang menaungi kebijakan fiskal umumnya diisi oleh figur teknokrat yang kredibel di mata pasar.
“Meskipun demikian, depresiasi rupiah yang cenderung moderat sebesar mengindikasikan para pelaku pasar memberi kesempatan bagi Thomas untuk membuktikan performa dan kredensial sebagai calon Menteri Keuangan,” sebut riset itu.
Analisis Teknikal
Bagaimana prospek pergerakan rupiah hari ini?
Secara teknikal, rupiah masih berisiko melanjutkan pelemahan, setelah kemarin gagal menembus resisten kuatnya. Rupiah berpotensi terdepresiasi menuju MA-50 di area Rp 16.180-16.210/US$.
Trendline channel sebelumnya sempat tertembus kini menjadi level resisten potensial terdekat yaitu Rp 16.100/US$. Sementara resisten selanjutnya ada di rentang Rp 16.080-16.020/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan yang tinggi, maka ada trendline garis biru di Rp 16.250/US$ yang akan jadi support terkuat.
(aji)