Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, WSKT juga mencatat depresiasi perolehan pendapatan usaha mencapai 20,28% menjadi tersisa Rp2,17 triliun. Padahal, pada Kuartal I-2023 yang lalu, WSKT berhasil mencatatkan pendapatan usaha hingga Rp2,73 triliun.

Total aset Waskita Karya juga susut menjadi Rp92,2 triliun dari sebelumnya di angka Rp95,59 triliun. Ekuitas juga tergerus amat deras menjadi Rp10,62 triliun dari sebelumnya di Rp11,60 triliun.

Sehingga keseluruhannya WSKT menderita defisit, atau akumulasi kerugian yang bertambah berat 6,78% dibandingkan dengan tahun 2023 hingga menyentuh Rp14,64 triliun pada Maret 2024.

Senada dengan rapor merah yang dialami Waskita, BUMN Karya selanjutnya, Wijaya Karya, juga mencatatkan rugi bersih mencapai Rp1,13 triliun di Kuartal I-2024. Kerugian yang amat jumbo ini membengkak 117% dari sebelumnya yang hanya Rp521,25 miliar.

Kerugian itu juga sejalan dengan perolehan pendapatan usaha WIKA yang juga anjlok 18,75% menjadi ‘Hanya’ tersisa Rp3,53 triliun dari sebelumnya yang berhasil mencatatkan pendapatan usaha menyentuh Rp4,34 triliun.

Total aset Wijaya Karya juga susut menjadi Rp64,62 triliun dari sebelumnya di angka Rp65,98 triliun. Ekuitas juga tergerus amat dalam menjadi Rp8,37 triliun dari sebelumnya di Rp9,57 triliun.

Dengan demikian WIKA menderita defisit, akumulasi kerugian yang meningkat double digit, mencapai 15,73% dibandingkan dengan tahun 2023 kemarin, hingga defisit saldo laba saat ini menyentuh Rp8,33 triliun.

PTPP dan ADHI Berhasil Catat Laba Bersih

Berbeda nasib dengan Waskita dan Wijaya Karya, PTPP dan Adhi Karya tercatat berhasil mencatatkan laba bersih sampai dengan Kuartal I-2024.

PTPP misalnya, mencatatkan laba bersih mencapai Rp94,6 miliar, melesat dengan kenaikan 176,4% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan laba bersih sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha PTPP yang tumbuh 5,68%. Total pendapatan BUMN Konstruksi ini tercatat Rp4,61 triliun.

Kenaikan pendapatan usaha bersamaan dengan meningkatnya modal usaha, atau juga saldo laba. Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya bertambah 19,65% mencapai Rp575,98 miliar.

Sama halnya dengan ADHI, Perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sejumlah Rp10,15 miliar, tumbuh positif 20,14% dari sebelumnya di angka Rp8,45 miliar. Bersamaan dengan pendapatan usaha yang berhasil dipertahankan Rp2,63 triliun.

Senada dengan PTPP, modal usaha dalam pencatatan saldo laba selanjutnya juga ada di tren positif meningkat menjadi Rp2,34 triliun.

Utang 'Jumbo' BUMN Karya, Waskita Juara

Namun demikian daripada pencatatan untung dan rugi, keseluruhan BUMN Karya tersebut, atau empat BUMN Karya yang listing di Bursa Efek Indonesia masih memiliki utang yang amat jumbo jumlahnya, menyentuh puluhan triliun rupiah.

Berdasarkan laporan keuangan terbarunya, di Kuartal I-2024, Waskita Karya menjadi juara dengan catatan beban utang dan rasio utang yang luar biasa sangat tinggi. Waskita membukukan total kewajiban mencapai Rp81,57 triliun. Disusul oleh WIKA dengan total kewajiban Rp56,24 triliun.

No Nama Perusahaan Total Utang Total Aset Rasio Beban Utang
1 Waskita Karya (WKST) Rp81,57 T Rp92,2 T 88%
2 Wijaya Karya (WIKA) Rp56,24 T Rp64,62 T 87%
3 Pembangunan Perumahan (PTPP) Rp41,32 T Rp56,64 T 77%
4 Adhi Karya (ADHI) Rp30,97 T Rp40,21 T 72%

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan di Kuartal I-2024

Sejalan dengan itu, rasio beban utang dengan proporsi dibandingkan dengan total asetnya mencapai 88%. 

Kemudian dipepet oleh proporsi utang Wijaya Karya yang menyentuh 87% dari total asetnya di Kuartal I-2024, disusul proporsi utang ADHI 77% dan PTPP di angka 72%.

Berbagai data dari laporan keuangan lengkap tersebut menggambarkan WSKT dan WIKA adalah BUMN Karya dengan kinerja paling minus dan negatif, juga menggenggam beban utang yang paling besar di sepanjang 2024, atau pada Kuartal I-2024, baik dari segi nominal maupun proporsi terhadap total asetnya.

(fad/aji)

No more pages