Sependapat dengan Agus, Janette Lindesay, Profesor di Australian National University, mengatakan hal yang sama. “Yang dibutuhkan hanyalah hari yang panas, berangin dan sesuatu yang dapat terbakar, maka terjadilah,” katanya.
Cuaca basah yang berkepanjangan juga mempersulit apa yang disebut pembakaran untuk mengurangi bahaya kebakaran. Upaya dimaksud adalah pihak berwenang melakukan pembakaran terkendali untuk memangkas vegetasi mati dan kering yang mudah terbakar.
Model iklim oleh Biro Meteorologi Australia menunjukkan La Nina telah melemah dari puncaknya pada tahun 2022. Kompilasi perkiraan internasional rata-rata di situs web departemen menandakan kondisi yang mengarah ke El Nino, tetapi biro tersebut memperingatkan tentang prakiraan jangka panjang.
Kebakaran hutan pada akhir 2019 dan awal 2020 membakar area seukuran Inggris dan membunuh sekitar 1 miliar hewan asli Australia. Prospek cuaca yang lebih ekstrim menimbulkan kekhawatiran bagi para petani yang khawatir tidak bisa bercocok tanam dalam beberapa bulan mendatang. Australia adalah salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.
“Tidak pasti kami akan dapat menanam kanola, atau barli, atau gandum dalam waktu beberapa bulan. Ketidakpastian dalam lima tahun terakhir jauh lebih tinggi dibandingkan dekade sebelumnya,” kata Xavier Martin, presiden Petani NSW.
(adm/bbn)