Berikut wawancara Bloomberg Technoz dengan Bruno Faour:
Mohon dijelaskan lebih lanjut tentang operasi Eramet di Indonesia, khususnya semua bisnis yang telah dilakukan Eramet?
Jadi, Eramet masuk ke Indonesia pada 2006. Itu sudah lama sekali. Kami sudah banyak bekerja untuk eksplorasi dan kami masih melanjutkannya.
Kami sudah banyak bekerja untuk mengembangkan operasi penambangan PT Weda Bay Nickel [WBN]. Butuh waktu lama untuk mendapatkannya. Saat ini, kegiatan utama Eramet adalah mengoperasikan tambang WBN. Kami adalah pemegang saham minoritas di sana. Tsingshan adalah pemegang saham mayoritas. Antam juga merupakan pemegang saham di perusahaan itu.
Namun, kami yang bertanggung jawab atas operasi penambangan. [Posisi] direktur tambang, misalnya, berasal dari Eramet. Kami memiliki tim yang membantu perusahaan di sana. Jadi, ini kegiatan utamanya.
Selain itu, kami juga melakukan banyak studi. Bisa jadi studi seperti proyek Sonic Bay.
Namun, kami juga melakukan banyak eksplorasi di seluruh negeri untuk mencoba, menemukan, dan mengembangkan proyek-proyek lain yang telah kami miliki di Weda Bay.
Setidaknya Eramet berpartisipasi dalam tiga proyek. Pertama, di WBN bersama Tsingshan. Kedua, Eramet Indonesia Mining. Ketiga, Eramet Bumi Sulawesi. Untuk WBN sendiri, apa sebenarnya peran Eramet?
Sebenarnya, kami adalah pemegang saham minoritas. Kami adalah pemegang saham minoritas yang penting karena kami memiliki sekitar kurang dari 40% [saham] perusahaan. Perusahaan [WBN] memiliki dua kegiatan.
Pertama, kegiatan pertambangan. Kedua, memproduksi nickel pig iron [NPI] [melalui] beberapa tungku [furnaces] di dalam kawasan industri PT Indonesia Weda Bay Industrial Park [IWIP]. Mereka memiliki, saya kira, lebih dari 60 tungku di sana sekarang.
Kami hanya memiliki empat di antaranya di WBN. Jadi, ini perusahaan WBN, [adalah perusahaan] tambang. Jadi, dikelola oleh pemegang saham mayoritas, itu normal.
Namun, keahlian pertambangan dibawa oleh Eramet, karena kami adalah perusahaan pertambangan. Tsingshan, mereka memiliki pengetahuan dalam pertambangan, tetapi mereka bukan perusahaan pertambangan, dan lebih merupakan perusahaan industri.
Jadi, manajemen, manajemen teknis pertambangan dengan apa yang terkait dengan itu, misalnya, kami memberikan banyak nasihat, dan kami banyak mendorong [isu] lingkungan, [serta] hubungan pada masyarakat. Namun, Tsingshan [yang] mengelola perusahaan. Mereka bertanggung jawab atas perusahaan.
Akan tetapi, kami membawa keahlian kami, itulah sebabnya kami mengatakan bahwa kami mengoperasikan tambang, dengan direktur tambang, direktur produksi, dan direktur geologi.
Semua orang ini, misalnya, berasal dari Eramet. Jadi, kami membawa nilai ini ke perusahaan, yang merupakan keahlian kami dalam pertambangan dan, katakanlah, masalah environmental, social and governance [ESG].
PT Eramet Indonesia Mining juga disebut fokus pada eksplorasi. Boleh dijelaskan lebih lanjut?
Ya. Jadi, kami punya tim untuk pengembangan bisnis dan eksplorasi. Tim ini berusaha mencari proyek lain selain WBN
Kami banyak bekerja, tidak hanya, tetapi juga khususnya, di bawah nota kesepahaman [memorandum of understanding/MoU] yang telah kami tandatangani dengan Badan Geologi, departemen geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral [ESDM] untuk mencoba menemukan, membantu Indonesia, menurut saya, untuk meningkatkan pengetahuan tentang sumber daya tersebut.
Jadi, kami sekarang sedang merencanakan, misalnya, untuk misi bersama pada Agustus untuk litium panas bumi.
Saya tidak tahu apakah itu akan membuahkan hasil, tetapi setidaknya kami akan melakukan eksplorasi bersama. Eksplorasi itu, Anda perlu melakukan banyak eksplorasi untuk menemukan sesuatu dari waktu ke waktu.
Jadi, saya tidak akan mengatakan apakah itu akan bagus, tetapi kami memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang tentang litium.
Anda mungkin telah melihat di media, kami telah meresmikan pabrik baru untuk memproduksi litium dari air garam [brine] di Argentina minggu lalu.
Namun, kami juga memiliki pengetahuan yang sangat baik, dan ini mungkin lebih memadai untuk Indonesia, kami memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang produksi litium dari sumber daya panas bumi. Ini adalah sesuatu yang kami lakukan di bagian timur Prancis.
Ide [eksplorasi bersama] dengan Badan Geologi untuk litium adalah untuk menjelajahi sumber daya panas bumi di Indonesia untuk melihat apakah ada sejumlah litium, litium dalam jumlah yang signifikan, dan apakah kami dapat menerapkan teknologi yang sama dengan yang kami miliki di Prancis untuk ini.
Tidak terbatas pada ini, kami juga mencari potensi jenis logam lainnya, tetapi kami mulai dengan litium, karena kami tidak dapat melakukan semuanya, Indonesia adalah negara yang besar, jadi kami tidak dapat pergi ke mana-mana pada saat yang sama, jadi itulah mengapa kami fokus, tetapi dapat diperluas ke logam lain, dan kami membahasnya.
Jika kami kembali dengan kegiatan utama di Indonesia untuk Eramet, yaitu nikel, kami juga mencari nikel, tentu saja. Banyak nikel di Indonesia, kami mencari kemungkinan untuk mengembangkan tambang nikel lainnya.
Salah satu opsi yang sedang kami garap adalah melalui perusahaan Eramet Bumi Sulawesi [EBS], yang sebenarnya merupakan perusahaan patungan [joint venture] yang kami miliki, dengan Kalla Group, sebuah grup Indonesia, karena mereka ingin masuk, mereka masuk, omong-omong, dalam industri nikel, dan mereka adalah produsen utama tenaga air di Sulawesi, dan tentu saja, bagi kami, kami ingin membuat nikel berkelanjutan untuk baterai kendaraan listrik [electric vehicle/EV], tenaga hijau adalah elemen kunci.
Itulah ide EBS, untuk memiliki usaha patungan antara perusahaan pertambangan yang ingin melakukan penambangan berkelanjutan, produsen tenaga air [hydropower] yang menghadirkan energi hijau, untuk mencoba mengembangkan rantai nilai baterai EV sehijau mungkin, atau berkelanjutan.
Ini masih merupakan komitmen Eramet yang sangat, sangat penting untuk berpartisipasi di dalamnya. Tentu saja Indonesia adalah salah satu mitra utama yang dapat kami bayangkan untuk melakukan itu.
Jadi itulah mengapa kami sangat berkomitmen untuk melakukan itu. Kami belum mendapatkan izin di EBS hari ini, kami masih mengusahakannya, tetapi kami sudah dapat menarik perhatian pemain penting, seperti Volkswagen dan Stellantis.
Kami juga telah menandatangani MoU dengan orang-orang ini tahun lalu, yang menyatakan bahwa segera setelah kami menemukan area yang bagus, mendapatkan izin, maka kami akan bekerja sama dengan mereka untuk mencoba mengembangkan kawasan industri berdasarkan ini, dan untuk memastikan produksi nikel yang tepat dan berkelanjutan untuk baterai kendaraan listrik.
Jadi dengan Badan Geologi sendiri, apakah itu berarti Eramet dan Badan Geologi akan memulai eksplorasinya pada Agustus tahun ini?
Kami sudah melakukan satu misi, saya rasa itu pada Mei atau April, saya tidak ingat, tetapi kami sudah membuat satu misi, jadi kami berencana untuk melakukan yang kedua. Diperkirakan pada Agustus.
Direncanakan pada Agustus, setelah itu kami tidak tahu, Anda tahu bahwa semuanya dapat bergerak, tetapi direncanakan saat ini akan dilakukan pada Agustus.
Jadi sebagai kemitraan secara keseluruhan, setidaknya berapa banyak misi yang akan dilakukan oleh Eramet dan Badan Geologi?
Sulit untuk dikatakan, jika kita beruntung dan jika kita menemukan sesuatu dalam waktu dekat, kita akan fokus ke sana. Jika tidak, sumber daya panas bumi di Indonesia sangat besar, jadi bisa butuh waktu lama untuk menghabiskan semuanya.
Jika kita beruntung menemukan sesuatu, mungkin bisa cross-fingered yang terakhir akan terjadi pada Agustus karena kita akan menemukan sesuatu yang sangat bagus. Namun, sulit untuk dikatakan, apa yang bisa saya katakan adalah bahwa perjanjian dengan Badan Geologi adalah perjanjian jangka panjang.
Kita tidak berada di Indonesia, sebagai Eramet, hanya untuk jangka pendek. Kita ingin menyusun perjanjian jangka panjang dengan pemerintah secara umum dan dengan mitra lokal yang dapat kita temukan.
Jadi, ketika saya katakan jangka panjang, kita belum menentukan tanggal berakhirnya perjanjian, tetapi kita ingin menyusunnya untuk jangka waktu yang panjang. Namun, sekali lagi, jika kita beruntung menemukan sesuatu dengan sangat cepat, itu selalu lebih baik.
Beralih ke EBS, ini adalah kerja sama bersama Kalla?
Kalla Group. Ini adalah joint venture, 70% Eramet, 30% Kalla, dan kami bekerja sama untuk mencoba menemukan sesuatu, dan segera setelah kami menemukan sesuatu dan mendapatkan beberapa izin, maka kami akan bekerja dengan mitra kami, yang tidak berada di EBS, tetapi kami telah menandatangani MoU [dengan] Volkswagen, tepatnya PowerCo, yang merupakan departemen baterai Volkswagen, dan Stellantis.
Namun, hal yang dapat saya katakan adalah bahwa ini bukan jumlah mitra yang terbatas, segera setelah kami mendapatkan izin, menemukan deposit yang bagus untuk mengembangkan sesuatu, kami mungkin juga akan mengusulkan kepada mitra lain untuk masuk, karena ini adalah rantai nilai yang panjang, dari tambang hingga baterai.
Sebagai Eramet, misalnya, kami tidak tahu apa pun tentang pre-CAM [precursor cathode active material], CAM [cathode active material], pembuatan baterai, kami tidak tahu. Jadi, kami mungkin juga akan mengusulkan kepada mitra lain, dan mudah-mudahan mitra Indonesia masuk ke konsorsium ini.
Jadi, apakah ini berarti EBS bekerja sama, menandatangani JV, [juga] dengan Volkswagen untuk membantu mengembangkan industri baterai?
Benar sekali. Tujuan jelasnya, yaitu untuk dapat membangun rantai nilai yang hijau atau berkelanjutan dari tambang, mulai dari tambang, hingga baterai, dengan mengatakan bahwa mungkin, saya tidak tahu, ini belum diputuskan, tetapi mungkin kita akan berhenti setelah, saya tidak tahu, [pabrik pemurnian/smelter berbasis] HPAL, dan hanya menjual MHP ke pabrik-pabrik di Indonesia, yang memproduksi pre-CAM, ini belum diuraikan.
Akan tetapi, fakta bahwa produsen EV, Volkswagen dan Stellantis, telah menandatangani MoU, membuktikan bahwa mereka ingin memastikan bahwa akan ada rantai nilai penuh, bahkan mungkin bukan EBS yang melakukan rantai nilai penuh, mungkin, mungkin saja EBS dengan mitra.
Ide, tujuan Eramet dan Kalla adalah memiliki tambang dan transformasi pertama yang kemungkinan besar adalah HPAL. Bisa lebih, karena ada beberapa langkah setelah HPAL ke baterai, tetapi ya, tujuannya, dan itulah mengapa kami ingin menemukan deposit yang besar, karena kami perlu memiliki deposit yang cukup besar untuk membenarkan [justify] pembangunan HPAL di sana.
Jika depositnya kecil, Anda tidak akan memiliki cukup untuk memasok HPAL. Jadi ya, ide IBS adalah tambang plus HPAL. Ini tujuannya.
Mengenai izin yang Anda sebutkan sebelumnya, izin itu sendiri tujuannya apa?
Sebenarnya, Anda memiliki beberapa jenis izin di Indonesia, jadi kami mencari semua kemungkinan. Pertama adalah izin penugasan, yang merupakan izin eksplorasi. Ini adalah jenis izin yang sangat baru. Beberapa telah ditawarkan, bukan di area yang kami cari, jadi kami belum dapat mengajukan izin penugasan sekarang.
Namun, kami melihat beberapa izin penugasan akan segera datang, jadi kami berharap akan ada beberapa izin penugasan yang diberikan di area yang diminati untuk IBS, dan tentu saja kami akan mengajukannya. Namun, itu juga bisa berupa jenis izin lain, yang terpenting adalah IUP [izin usaha pertambangan], yaitu izin produksi.
Jadi itu bisa jadi untuk mengajukan IUP, jika memungkinkan, atau bisa juga untuk membeli atau bermitra dengan seseorang yang telah memiliki IUP.
Kami sedang berdiskusi dengan banyak orang, pemilik IUP hari ini, untuk melihat apakah mungkin juga untuk bekerja sama dengan mereka, karena, seperti yang saya katakan, kami mulai dengan Eramet dan Kalla, tetapi tidak terbatas pada ini.
Kami terbuka, tentu saja, untuk mengusulkan kepada perusahaan mana pun yang tertarik dengan proyek tersebut untuk bergabung, dan cara untuk bergabung bisa dengan pemilik IUP yang tertarik untuk mengembangkan tambang dan HPAL untuk bermitra dengan kami.
Terkait dengan semua proyek di Indonesia ini, menurut pandangan Eramet, apa saja tantangan dan peluang yang dimiliki Indonesia dalam kebijakan hilirisasinya, khususnya nikel?
Menurut saya, tujuan pemerintah untuk menjadi hub internasional itu bagus. Indonesia punya banyak sekali peluang dan kekuatan.
Pertama, tentu saja sumber dayanya. Itu sumber daya nikel yang paling penting di dunia. Jadi, itu poin pertama.
Kedua, pengetahuan tentang pertambangan, transformasi, dengan produksi yang sangat besar, tidak hanya bijih, tetapi juga NPI saat ini dan banyak HPAL yang akan datang, ditambah teknologi lain yang bisa dikembangkan. Jadi, pengetahuannya sangat besar.
Ada kekuatan lain yang sangat penting, yaitu negaranya besar, populasinya besar, jadi ada pasar internal, pasar potensial, dan akan selalu lebih mudah untuk mengembangkan rantai nilai ketika
Anda bisa memiliki pasar sendiri, bukan hanya terbatas pada pasar Anda, tetapi ketika Anda memiliki pasar sendiri, daripada ketika Anda harus bergantung pada ekspor 100%.
Jadi, ini adalah hal yang sangat penting dengan pertumbuhan pembangunan negara, jumlah penduduk yang besar, dan tentu saja salah satu kekuatannya adalah kemauan pemerintah, yang merupakan kunci, karena jika Anda ingin melakukan itu, Anda perlu menarik investor, Anda perlu membangun infrastruktur, dan hal-hal seperti itu, dan kemauan pemerintah jelas juga merupakan kekuatan yang sangat penting.
Tantangannya, karena tentu saja ada beberapa tantangan, mungkin, dan Anda berada di media, jadi Anda melihat bahwa, kemauan orang-orang, atau persyaratan orang-orang untuk produksi yang lebih dan lebih hijau, terutama ketika kita berbicara tentang transisi energi, itu cukup normal, yang membawa Indonesia pada kebutuhan untuk melangkah maju dalam hal ini.
Saya tidak ingin mengatakan bahwa semuanya buruk, bukan itu masalahnya, hanya saja kita saat ini, jika saya berbicara secara global tentang industri nikel baru, belum berada pada standar internasional terbaik.
Sekali lagi saya tidak ingin mengatakan bahwa semuanya buruk, bukan ini, tetapi kita belum berada pada standar internasional terbaik.
Saat ini, kita tidak memiliki banyak pemain yang mencapai tingkat keberlanjutan yang diperlukan, dan keterlacakan produk, jika Anda ingin masuk ke pasar internasional, seperti pasar EV Eropa, Amerika Serikat.
Anda telah melihat Tesla datang, BMW datang, dan semuanya, mereka mengatakan hal yang sama, kami ingin dapat dilacak, berkelanjutan, dari tambang. Ini belum terjadi di Indonesia.
Ketika saya berbicara tentang kemauan pemerintah, saya pikir ya, pemerintah tahu itu, mereka ingin melakukan banyak upaya untuk melakukan itu.
Saya rasa sejumlah pemain sudah ada dalam gerakan ini, jadi saya yakin, dan saya rasa Eramet dapat memberikan banyak hal untuk ini, karena kami memiliki pengetahuan ini, kami tahu, kami bekerja dengan Eropa, kami orang Eropa, kami bekerja dengan perusahaan-perusahaan Eropa, juga dengan perusahaan-perusahaan AS, dan kami tahu, kami telah mempraktikkan hal-hal semacam ini, di mana pun di dunia.
Jika saya berbicara tentang standar Initiative for Responsible Mining Assurance [IRMA], yang mungkin merupakan standar yang paling menuntut terkait aktivitas pertambangan, Eramet telah memutuskan untuk mencoba mematuhi IRMA di manapun di dunia.
Ini tidak berarti bahwa kami sudah ada di mana-mana pada level [IRMA] ini, ini tidak berarti bahwa kami sudah berada di WBN pada level [IRMA] ini, tetapi di manapun di dunia, termasuk WBN, kami sedang dalam proses untuk mematuhi IRMA pada tahun-tahun mendatang, dan saya rasa kami dapat memberikan banyak hal dalam hal-hal semacam ini, karena kami telah mencoba tantangan semacam ini.
Jadi, dengan adanya kemauan dari pemerintah, ditambah komitmen dari beberapa pemain besar seperti Eramet, saya kira ini membuat saya optimis terhadap kemampuan Indonesia untuk menjawab tantangan ini, dan dengan begitu bisa memanfaatkan semua kelebihan yang ada di negara ini, minimal untuk menjadi hub nikel, dan mudah-mudahan juga hub baterai di masa yang akan datang.
Pasar Eropa sangat menekankan ketertelusuran nikelnya. Jadi, menurut pandangan Eramet, hal-hal seperti apa yang bisa dilakukan Pemerintah Indonesia untuk bisa comply?
Saya kira masalah saat ini tidak benar-benar terkait dengan Indonesia. Masalahnya adalah hampir semua produksi Indonesia masuk ke China, keluar, sangat banyak ke China, tidak hanya ke China, tetapi sangat banyak ke luar, dan itulah mengapa ketertelusurannya sulit, karena ketika Anda pindah negara, dari satu negara ke negara lain, itu membuat segalanya menjadi lebih rumit.
Jadi, jawaban yang bagus, ya, adalah mencoba mengembangkan rantai nilai di sini, jelas, saya tidak mengatakan itu jawaban yang salah, tetapi itu jawaban yang bagus, dan untuk memastikan bahwa regulasi tersebut akan membuat orang berkomitmen untuk bekerja dengan cara yang baik. Itulah prosesnya, masih berlangsung, saya harap ini akan berhasil.
Namun, sebenarnya masalah ketertelusuran saat ini lebih pada fakta bahwa nikel yang diproduksi di sini, transformasi pertama dilakukan di sini, karena ada larangan ekspor bijih, transformasi pertama dilakukan di sini, dan setelah itu dikirim ke luar, dan jadi ketertelusuran jelas lebih sulit ketika Anda mengubah hal.
Jadi, banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya, tetapi yang terutama, yang paling penting adalah mengembangkan rantai nilai EV internal, karena akan jauh lebih mudah bagi pemerintah untuk memastikan ketertelusuran, dari tambang Indonesia, ke pabrik Indonesia, dan pabrik Indonesia, dan pabrik Indonesia.
Jadi, salah satu cara terbaik untuk memasuki pasar Eropa adalah dengan meningkatkan ketertelusuran itu sendiri, dengan memiliki rantai nilai di Indonesia?
Rantai nilai di sini, dengan orang-orang yang selaras dengan, katakanlah, ketika saya mengatakan standar internasional, itu tidak berarti bahwa standar di Indonesia tidak bagus, itu hanya untuk mengatakan kita perlu memiliki tingkat yang diakui oleh semua orang sebagai standar yang baik.
Ini adalah caranya, jelas. Saya tidak mengatakan bahwa itu satu-satunya, tetapi itu adalah cara pemerintah masuk, dan saya pikir itu cara yang baik.
Beralih ke nikel itu sendiri. Jadi, bagaimana pandangan Eramet terhadap nikel pada masa depan, setelah 2024? Apakah Eramet berpikir bahwa pasokan nikel yang telah diproduksi di Indonesia akan memenuhi permintaan dan akan memiliki pembelinya?
Bila kita melihat sejarah logam secara umum, selalu ada perbedaan antara permintaan dan penawaran, karena investasi adalah proses yang panjang, jadi kita tidak bisa mengikuti permintaan secara persis karena kita harus membangun pabrik, dan itu butuh waktu, dan kita harus membuka tambang, dan itu butuh waktu.
Jadi, akan selalu ada perbedaan antara penawaran dan permintaan, jadi saya tidak bisa memberi tahu Anda seperti apa situasinya dalam satu atau dua tahun, tetapi yang kami yakini adalah jika kita berbicara tentang jangka menengah dan panjang, permintaan nikel akan terus tumbuh pesat.
Kami tidak pernah menyebutkan itu, tetapi industri baja nirkarat [stainless steel], yang masih menjadi penggunaan utama nikel, sedang tumbuh, tidak secepat baterai, tetapi terus tumbuh, dan itu adalah pasar yang sangat penting.
Sekali lagi, mungkin akan naik dan turun, tetapi yang umum adalah perkembangan dunia, dan perkembangan dunia membutuhkan stainless steel, jadi itu terus tumbuh. Dan di atas semua ini, Anda memiliki nikel untuk baterai, dan ya, kami akan terus berkembang. Kita semua perlu terus melanjutkan transisi energi.
Saya rasa ini kebutuhan dunia, jadi kita pasti akan terus membangun baterai. Ada beberapa teknologi, beberapa menggunakan banyak nikel, beberapa menggunakan lebih sedikit. Mungkin akan ada sebagian, tetapi jika kita berbicara tentang baterai nikel, saat ini mungkin baterai yang paling berkinerja, jadi ini pasar yang sedang berkembang, dan kami sepenuhnya yakin bahwa kebutuhan nikel akan terus meningkat dan berkembang.
Jika kita berbicara tentang itu, seperti yang saya katakan, Indonesia adalah sumber daya nikel utama di dunia, jadi jelas Indonesia sudah memainkan peran kunci di dalamnya, tetapi akan terus menjadi pemain kunci di masa depan, bahkan pemain terpenting dalam permainan ini.
Pengelolaan sumber daya dan pengembangan kapasitas baru berjalan sangat cepat. Akan ada beberapa penyesuaian, sangat mungkin, pada tahun-tahun mendatang untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan.
Mungkin beberapa proyek akan berhenti, mungkin beberapa proyek baru akan muncul, tetapi kita akan mengalami penyesuaian seperti ini sepanjang waktu, tetapi pertumbuhan permintaan secara umum jelas, dan saya pikir dunia membutuhkan ini. Ini bukan hanya keputusan Indonesia, tetapi lebih pada fakta bahwa Indonesia bermain dengan baik untuk mengambil bagian dalam permainan yang menarik minat dunia.
Berarti harga komoditas akan naik turun mengikuti permintaan dan penawaran itu sendiri, tapi Eramet berpendapat bahwa ke depannya permintaan nikel itu sendiri akan terus tumbuh?
Ya, akan terus tumbuh. Harga nikel, kalau kita lihat sejarahnya, sangat fluktuatif dan mungkin akan terus fluktuatif karena pasar, karena semuanya naik turun. Namun kalau kita lihat secara umum, permintaan nikel sudah tumbuh di masa lalu dan akan terus tumbuh. Itu pasti sesuatu yang kami yakini akan terus tumbuh.
Kita butuh nikel ini, semua komoditas ini, bukan hanya nikel, omong-omong, untuk membuat baterai, bukan hanya nikel. Itulah mengapa Eramet saat ini, strategi Eramet global, adalah terus menggarap komoditas dasar kita. Kalau saya bilang dasar, itu komoditas yang bekerja untuk pertumbuhan umum, seperti mangan, misalnya, seperti titanium.
Jadi kita akan terus menggarap itu. Namun, poros utama pengembangan Eramet adalah komoditas baterai, litium, kobalt, nikel, dan mungkin lainnya, tergantung pada apa yang akan terjadi dengan teknologinya.
Jadi untuk permintaan nikel untuk baterai EV sendiri, bagaimana pandangan Eramet? Apakah permintaan yang terus meningkat itu sendiri tidak cukup untuk membeli pasokan yang telah diproduksi?
Kami tidak melihat kelebihan kapasitas untuk tahun depan. Kami tidak melihatnya hari ini. Kami tidak dapat memprediksi masa depan dengan pasti, tentu saja.
Namun pandangan Eramet adalah bahwa kami tidak mengharapkan kelebihan kapasitas tahun depan. Mungkin pada tahun-tahun mendatang, Anda akan mengalami periode waktu tertentu dengan kelebihan kapasitas, karena permintaan meningkat, dan sekali lagi, penawaran tidak tumbuh dengan cara yang sama.
Penawaran tumbuh secara bertahap, karena Anda membuka pabrik besar, dan dengan demikian kapasitas global meningkat. Dan kemudian Anda perlu membuka yang baru, tetapi Anda harus mengembangkan tambang, jadi Anda harus menunggu periode waktu tertentu. Jadi, penawarannya tidak tumbuh secara linear.
Penawarannya tumbuh selangkah demi selangkah dengan kapasitas baru yang masuk. Jadi, mungkin akan ada periode kelebihan kapasitas. Itu selalu terjadi, tetapi itu bukan pandangan kami untuk jangka panjang.
Kami menganggap bahwa kapasitas yang dikembangkan saat ini sejalan dengan permintaan global untuk masa depan. Kami tidak melihat kelebihan kapasitas saat ini untuk 2025. Saya ingin mengatakannya dengan jelas, bahwa kami sangat, sangat berhati-hati dalam memprediksi masa depan. Itu selalu sangat sulit. Sesuatu bisa terjadi, eseimbangan ini sangat sensitif dalam kenyataan.
Anda memiliki pabrik besar yang memiliki masalah. Sebagai contoh, jika kita berbicara tentang mangan, semua orang berkata, ‘oh, akan ada kelebihan kapasitas’ dan hal-hal seperti itu. [Namun,] pada awal tahun, tambang mangan utama di dunia, yang berada di Australia, mengalami badai besar yang menghancurkan pelabuhan.
Mereka tengah berhenti, dan sekarang semua orang mencari mangan karena kekurangan mangan. Jadi sangat sulit untuk mengetahuinya dalam jangka pendek karena semuanya bergerak dengan satu atau lain cara.
Jadi, kami lebih yakin untuk berbicara tentang tren umum. Dan tren umum bagi kami jelas bahwa baterai akan terus berkembang, bahwa komoditas untuk baterai akan terus berkembang, bahwa nikel untuk baterai akan terus berkembang. Indonesia jelas merupakan dan akan menjadi pemain kunci dalam industri ini di tahun-tahun mendatang.
Jadi, Eramet berpikir bahwa dalam satu atau dua tahun ke depan, tidak akan ada kelebihan kapasitas dalam memproduksi baterai EV?
Itu bukan yang kami perkirakan. Saat ini kami menganggap bahwa baterai akan terus tumbuh, dan bahwa kapasitas yang sedang dibangun saat ini akan mengikuti tren permintaan. Namun sekali lagi, itu dapat bergerak dengan cara apa pun. Setelah itu, pemerintah telah mengatakan bahwa mereka ingin memastikan bahwa kapasitas akan tumbuh lebih cepat daripada permintaan.
Jadi saya pikir mereka mungkin akan menyesuaikan kebijakan negara, memberikan izin dan hal-hal seperti itu, terkait dengan evolusi permintaan.
Jadi menjadi produsen nikel yang paling penting adalah tanggung jawab, tetapi juga peluang bagi Indonesia, karena mereka juga dapat mengelola melalui pengembangan penawaran, untuk memastikan bahwa tidak akan ada perbedaan besar antara penawaran dan permintaan.
Selanjutnya, bolehkah menjelaskan lebih lanjut tentang alasan BASF dan Eramet memutuskan untuk keluar dari Sonic Bay?
Pertama-tama, saya tidak akan berbicara tentang nama BASF, seperti yang dapat Anda bayangkan. Namun, jika kita merujuk pada communique, mereka terutama menyebutkan evolusi pasar, yang mempertimbangkan bahwa akan ada cukup banyak penawaran MHP, yang merupakan produk yang berasal dari HPAL, dan bahwa mereka dapat membeli MHP di pasar tanpa perlu berinvestasi. Itulah yang mereka katakan dalam communique. Namun, jika Anda menginginkan informasi lebih terperinci, hubungi mereka.
Jadi, apa yang dapat saya katakan tentang Eramet. Kami sampai pada hasil yang sama, tetapi dengan pandangan yang sedikit berbeda dari BASF. Sungguh, apa yang telah kami putuskan untuk dihentikan, dan ini adalah sesuatu yang harus sangat jelas, adalah membangun pabrik HPAL greenfield baru di IWIP, dengan BASF. Inilah yang telah kami putuskan untuk dihentikan.
Kami telah memutuskan untuk menghentikan proyek ini terutama karena situasi setempat. Sebab di IWIP, sudah ada banyak sekali proyek. Pandangan global yang kami miliki adalah bahwa mungkin ada beberapa ketegangan dalam banyak hal yang terkait dengan lahan, misalnya, Anda membutuhkan banyak lahan untuk menampung tailings.
Jadi, jika Anda memiliki banyak pabrik HPAL di tempat yang sama, itu bisa menjadi sedikit rumit. Anda membutuhkan banyak air, dan kami tidak memiliki danau besar dengan sumber daya air yang besar di sana. Bijihnya sama, ada banyak bijih, tetapi ada banyak proyek juga.
Jadi, semua ini menimbulkan banyak ketidakpastian pada keseimbangan antara pengembangan lokal dan apa yang Anda butuhkan untuk melakukannya, yang terutama adalah bijih, air, lahan, energi, semua hal semacam ini.
Jadi, inilah alasan mengapa kami mengatakan bahwa kami menghentikan pengembangan penambahan HPAL baru di IWIP. Itu tidak berarti bahwa pandangan kami terhadap pasar global adalah bahwa tidak ada tempat untuk HPAL.
Itulah sebabnya kami terus berupaya untuk melihat apakah dan bagaimana kami dapat memasuki pasar HPAL. Kami masih menganggap pasar HPAL sebagai pasar yang bagus. Jadi, kami akan terus berupaya. EBS adalah contoh bagus yang akan terus kami garap dengan sangat hati-hati. Namun, opsi lain juga bisa terbuka.
Dengan kata lain, Eramet akan terus mengeksplorasi tentang pembangunan HPAL, baik di dalam EBS atau dengan cara apa pun yang memungkinkan?
Ya, kami masih tertarik. Tentu saja, pertama-tama kami tertarik pada pertambangan, karena kami adalah perusahaan pertambangan.
Jadi, kami tertarik pada pertambangan dan kami tertarik pada transformasi pertama, yang mungkin, untuk baterai EV [adalah] HPAL. Jadi, jelas, ini adalah sesuatu yang masih kami minati.
EBS adalah cara untuk melanjutkannya, tetapi jika ada peluang lain, dan kami sedang berdiskusi dengan banyak orang, tentu saja, semua pemain besar di sini, dan kami sedang mendiskusikan kemungkinan untuk mengembangkan proyek apa pun bagi kami untuk masuk ke proyek pertambangan semacam HPAL ini.
Mengenai keputusan untuk keluar dari Sonic Bay itu sendiri, apakah Eramet telah memberi tahu pemerintah tentang hal ini? apa tanggapan dari mereka?
Ya, sejujurnya, kami harus sedikit mempercepat komunikasi karena alasan tertentu, dan kami mungkin ingin memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan komunikasi yang jauh lebih baik dengan pemerintah.
Meskipun demikian, tentu saja, kami telah memberi tahu mereka, dan saya ingin menggunakan kesempatan pertanyaan ini untuk mengatakan bahwa kami telah bekerja sangat erat dengan pemerintah di Sonic Bay, tidak hanya di Sonic Bay, tetapi juga di Sonic Bay.
Kami sangat menghargai dukungan dari pemerintah, khususnya Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal [BKPM], tetapi tidak hanya, karena mereka kementerian utama untuk ini.
Jadi, kami mendapat dukungan besar dari pemerintah, dan kami masih berdiskusi dengan mereka untuk menjelaskan dan melihat bagaimana kami dapat terus berinvestasi dengan cara lain selain Sonic Bay.
Jadi, kami mengadakan pertemuan yang sangat rutin dengan para kementerian utama yang bekerja dengan kami, dan sekali lagi, kami mendapat dukungan yang besar, dan kami berharap —itulah pesan yang kami terima dari pemerintah— bahwa kami akan terus mencoba mengembangkan bersama dengan dukungan mereka setidaknya sesuatu yang baru.
Jadi, komunikasi utamanya dengan Pak Bahlil [Lahadalia] Menteri Investasi? Untuk Sonic Bay?
Untuk Sonic Bay, dengan Kementerian Investasi. Kami sudah bekerja sangat erat dengan Kementerian Investasi/BKPM untuk Sonic Bay, dan itu yang saya sampaikan, kami mendapat dukungan dari semua tim. Kalau kita bicara soal WBN atau pertambangan, itu jelas lebih banyak terkait dengan Kementerian ESDM.
Kami juga banyak berdiskusi dan berdiskusi erat dengan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi [Kemenko Marves].
Jadi, kami bekerja sangat erat dengan semua orang ini dan kami mendapat dukungan yang besar. Kami telah menerima dukungan yang besar untuk semua proyek Eramet.
Kami telah mendapat dukungan untuk WBN. Kami terus mendapat dukungan untuk WBN untuk Sonic Bay, meskipun hasilnya tidak seperti yang kita semua harapkan, tetapi itu keputusan bisnis dan kami mendapat dukungan yang sama. Kami telah menerima dan kami terus, mudah-mudahan, mendapat dukungan yang sama untuk EBS.
Kami telah menandatangani perjanjian dengan Badan Geologi, yang juga merupakan kemitraan yang sangat baik dengan pemerintah. Jadi, kami bekerja sama dengan mereka dengan sangat erat. Dan ya, kami telah menerima dan kami berharap akan terus menerima dukungan yang sama.
Mengingat akan ada pemerintahan baru yang akan datang, tentu saja kami akan terus bekerja sama dengan pemerintahan berikutnya, siapa pun orang-orang yang berwenang, karena ini tidak terkait dengan orang, ini terkait dengan administrasi.
Di sisi lain, apakah masalah ketertelusuran dari Uni Eropa ini juga memengaruhi Eramet untuk keluar dari proyek Sonic Bay di Indonesia?
Tidak, saya akan mengatakan sebaliknya. Sonic Bay adalah salah satu jawaban untuk ketertelusuran, karena itu benar-benar untuk mengatakan bahwa kami tahu tambangnya, kami tahu pabrik HPAL. Jadi, itu sejalan dengan kebijakan ini untuk memiliki ketertelusuran. Jadi, tidak, itu sama sekali bukan alasannya.
Itu benar-benar terkait dengan bisnis itu sendiri. Dengan demikian, berdasarkan alasan yang sudah saya jelaskan, kami menganggap bahwa saat ini bukan tempat terbaik untuk mengembangkan HPAL baru. Bukan berarti proyek-proyek yang ada di sana tidak bagus.
Hanya ingin mengatakan bahwa menurut pendapat kami, saat ini bukan tempat terbaik untuk mengembangkan HPAL baru di IWIP.
Untuk memperjelas, hal ini bukan juga karena hubungan yang buruk dengan Tsingshan atau semacamnya. Hal ini karena ada begitu banyak proyek yang kami anggap rumit. Namun, saya juga tidak ingin terjadi kesalahpahaman. Kami memiliki hubungan yang baik dengan Tsingshan dan dengan semua penyewa di sana.
Hal ini juga tidak terkait dengan masalah IWIP. Hal ini lebih karena pertumbuhannya yang sangat cepat saat ini. Menurut pendapat kami, menambah kapasitas baru di sana rumit.
Di media, banyak informasi bahwa Eramet sedang menjajaki kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Bagaimana tanggapan Anda? Apakah Eramet benar-benar menjajaki kerja sama dengan Huayou?
Anda tahu, kami adalah perusahaan terbuka, jadi jika kami menandatangani perjanjian komitmen dengan siapa pun, kami akan mengkomunikasikannya. Jadi, sejauh pengetahuan saya, kami belum menandatangani perjanjian komitmen dengan Huayou.
[Hal] yang saya katakan adalah kami ingin masuk ke HPAL. Kami mencari mitra untuk melakukan itu. Jadi, kami berdiskusi dengan banyak orang.
Huayou adalah mitra utama. Perusahaan itu berada di IWIP, dekat Weda Bay. Kami berdiskusi dengan mereka, tetapi tidak ada komentar tentang apa yang kami diskusikan dengan mereka, seperti halnya dengan apa yang dapat kami diskusikan dengan pihak lain.
Kami tidak memiliki perjanjian komitmen dengan Huayou hingga saat ini. Kami berdiskusi dengan semua orang yang siap mengembangkan rencana HPAL secara berkelanjutan. Jadi, saya tidak memiliki komentar lebih lanjut tentang itu.
Namun, sekali lagi, sebagai perusahaan terbuka, kami akan berkomunikasi jika dan kapan kami akan memiliki perjanjian dengan siapa pun. Siapa saja.
Jadi, hingga saat ini, Eramet belum membuat komitmen dengan mitra dan terbuka untuk menjajaki beberapa kemitraan dengan pihak lain?
Tentu saja. Ide Eramet adalah untuk mengembangkan pertambangan dan HPAL. Dan kami tahu bahwa untuk melakukan itu, kami memerlukan mitra. Kami bekerja sama dengan BASF. Di EBS, kami telah memiliki Kalla, Stellantis, Powerco.
Seperti yang saya katakan, kami terbuka untuk pihak lain. Jadi kami berdiskusi dengan semua orang yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk berpartisipasi dalam rantai nilai EV secara berkelanjutan, dengan cara yang sangat profesional dan berstandar tinggi. Ini membuat banyak pilihan.
Selain Sonic Bay, Eramet masih berkomitmen untuk membangun smelter HPAL ramah lingkungan baru dengan opsi apa pun yang memungkinkan?
Kami berkomitmen untuk mempelajari semua opsi, Kami tidak berkomitmen untuk membangun HPAL karena kami tidak memiliki kemungkinan untuk melakukannya saat ini. Saya tidak akan mengatakan bahwa kami akan berinvestasi dalam hal apa pun, dalam kondisi apa pun.
Namun, untuk berdiskusi dengan semua orang yang memiliki tujuan yang sama, kami adalah perusahaan pertambangan, dan batasannya adalah bahwa mungkin kami tidak akan berinvestasi di HPAL jika kami tidak memiliki hubungan dengan tambang tersebut.
Kami ingin berinvestasi di pertambangan dan transformasi pertama. Jadi, bisa saja menjadi mitra perusahaan pertambangan, tidak masalah. Kami mungkin tidak akan masuk ke proyek HPAL jika kami tidak memiliki hubungan dengan tambang.
Hanya untuk menekankan fakta bahwa kami tidak meninggalkan Indonesia. Bahkan jika kami telah memutuskan untuk menghentikan proyek Sonic Bay, kami akan terus merekrut orang di Indonesia. Kami akan mendatangkan beberapa ahli bulan ini, dan bulan-bulan mendatang.
Jadi, kami akan terus berinvestasi, setidaknya dalam hal orang, karena pada kenyataannya, tentu saja Anda membutuhkan orang untuk melakukan sesuatu. Jadi, kami akan terus merekrut orang di Indonesia. Ini menunjukkan, menurut saya, atau menekankan fakta bahwa kami tidak akan pergi. Kami masih berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia.
Karena akan ada transisi pemerintahan di Indonesia, apa harapan Eramet untuk pemerintahan yang baru? Bagaimana harapan Eramet untuk pemerintahan yang baru itu sendiri?
Harapan untuk pemerintahan yang baru? Pertama-tama, saya kurang nyaman berpolitik di Indonesia. Jadi saya tidak akan mengomentari pemerintahan yang baru.
Satu-satunya yang saya harapkan adalah kita akan terus mendapatkan dukungan yang sangat penting dari pemerintah. Sejauh yang saya pahami, presiden baru dan pemerintahan baru yang akan dibentuk atau dicalonkan, akan melanjutkan kebijakan ini untuk mengembangkan Indonesia dalam baterai EV. Jadi ini adalah poin yang sangat positif.
Dan yang kami harapkan adalah kita akan mendapatkan dukungan berkelanjutan dari pemerintahan yang baru ini untuk mengembangkan diri dan untuk mengelaborasi kemitraan antara perusahaan kami dan negara.
Mengenai kebijakan hilirisasi, hal-hal seperti apa yang dapat ditingkatkan oleh pemerintahan berikutnya?
Saya bukan penasihat pemerintah dan tentu saja bukan penasihat pemerintahan berikutnya. Jadi sulit bagi saya untuk menjawab pertanyaan ini.
Saya cukup yakin bahwa Presiden Prabowo dan orang yang akan dicalonkannya sudah memiliki pandangan yang baik tentang apa yang harus dilakukan. Tentu saja, kami akan sangat senang untuk membahasnya dengan mereka jika mereka menganggap bahwa pendapat kami menarik.
Namun saya cukup yakin bahwa mereka sudah memiliki pandangan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan.
Terutama, itulah yang saya katakan, yaitu untuk terus bergerak ke nikel berkelanjutan, komoditas berkelanjutan secara umum.
Tsingshan tengah berjalan, mungkin terlalu lambat, dibandingkan dengan apa yang dapat kita harapkan atau seharusnya kita harapkan. Namun saya cukup yakin bahwa mereka akan terus seperti itu.
Setelah itu, saya kira mereka tahu apa yang harus dilakukan.
Jadi, Eramet berharap bahwa pemerintahan yang baru itu sendiri akan terus berkomitmen pada nikel berkelanjutan?
Benar sekali. Itu kesimpulan yang bagus.
Eramet sudah menyatakan bahwa masih mengevaluasi potensi Indonesia. Dalam nikel, litium, dan kobalt, apa saja yang paling potensial menurut Eramet?
Hal yang jelas, nikel adalah yang paling penting, sejak lama, karena kita sudah tahu bahwa nikel punya potensi yang sangat besar. Kobalt, pada kenyataannya, kita tidak berpikir bahwa Indonesia memiliki tambang kobalt murni. Jadi kobalt yang berasal dari Indonesia adalah produk sampingan dari nikel.
Karena dalam limonit, yang merupakan bijih yang Anda masukkan ke dalam HPAL, Anda juga memiliki kobalt. Jadi setiap kali Anda memproduksi nikel dalam HPAL, Anda juga menghasilkan kobalt. Jadi itu bukan tambang kobalt murni, tetapi produk sampingan yang berasal dari nikel.
Terkait dengan litium saat ini, kita tidak tahu. Sejujurnya, sangat tidak mungkin Indonesia akan menjadi produsen litium yang besar. Jika Anda membandingkan dengan Amerika Selatan, misalnya, di mana Anda memiliki Argentina, Chili, Bolivia, potensi yang sangat besar.
Di sini, kecil kemungkinan Indonesia akan menjadi produsen litium yang besar. Namun, yang ingin kita lihat adalah, jika ada sumber daya, meskipun jauh lebih kecil dari yang lain, akan bodoh jika tidak memanfaatkan nilainya. Maka dari itu, kami bekerja dengan Badan Geologi.
Kita belum mengidentifikasi sesuatu yang dapat dibandingkan dengan apa yang dimiliki di Amerika Selatan.
Itulah yang tidak pernah kita ketahui, jika kita memiliki kejutan yang bagus, tetapi kita akan sangat terkejut menemukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka miliki di Amerika Selatan. Namun, jika ada nilainya, ada beberapa produk lain yang dimiliki dalam baterai.
Grafit, misalnya, kita tidak memproduksi grafit, ceramite. Kita tidak memiliki pengetahuan yang lebih besar tentang ini, jadi saya cukup yakin kita tidak akan melakukannya, tetapi itu tidak berarti Indonesia tidak bisa.
Namun perjanjian dengan Badan Geologi, pada kenyataannya, setidaknya secara teori, sekali lagi, kita tidak akan dapat melakukan semuanya, tetapi untuk mineral strategis apa pun. Indonesia telah menguraikan daftar mineral strategis, sehingga kita dapat berkolaborasi dalam segala hal.
Mangan, misalnya, kita belum tahu ada deposit mangan yang sangat besar di Indonesia, tetapi jika Badan Geologi punya gambaran tentang itu, kita sudah menjadi salah satu dari dua atau tiga produsen mangan terbesar di dunia, jadi tentu saja, jika kita menemukan mangan, kita akan melihatnya.
Mangan juga merupakan produk yang digunakan untuk baterai, untuk teknologi lain selain nikel, yang kita sebut lithium ferro phosphate [LFP]. Jadi jika kita menemukan mangan, misalnya, kita akan melihatnya.
Sekali lagi, kecil kemungkinan Indonesia akan menjadi produsen mangan yang besar di masa mendatang, tetapi ini adalah salah satu contohnya.
Setelah itu, Anda tahu, kita memiliki banyak mineral, sebenarnya di dunia, jadi kami terbuka untuk membahas semuanya. [Namun,] nikel dan litium, itu sudah merupakan pekerjaan yang cukup banyak.
Saya ingin mengklarifikasi kembali soal EBS; apakah itu berarti Eramet memiliki perjanjian bersama dengan Stellantis dan Volkswagen untuk memasok nikel bagi mereka sebagai baterai EV? Atau perjanjian bersama seperti apa itu?
Jadi EBS, itu adalah usaha patungan dengan Kalla bagi kami untuk membawa keahlian pertambangan dan bagi mereka untuk membawa tenaga air. Jadi ini adalah dua perusahaan di EBS.
Setelah itu, EBS telah menandatangani perjanjian dengan Powerco dan Stellantis yang menyatakan bahwa jika EBS mendapatkan izin, izin pertambangan, kami akan bekerja sama untuk mengolah dan berinvestasi dalam komponen industri untuk baterai EV.
Saat kami akan memiliki izin dan bahwa kami akan dapat menunjukkan bahwa kami memiliki cukup bijih dalam izin ini untuk membangun HPAL dan kemudian kami akan bekerja dengan mereka. Ini komitmen yang mereka ambil, yaitu komitmen untuk mempelajari bersama kami bagaimana kami dapat membuat dan membangun rantai nilai baterai EV atau sebagian darinya di area tersebut.
Jadi untuk mendapatkan izin itu sendiri, persiapan seperti apa yang telah dilakukan oleh EBS?
Bekerja sama sangat erat dengan Kementerian ESDM. Jadi kami bekerja sama sangat erat dengan mereka.
Kami sedang melihat semua izin yang telah diberikan atau dapat diberikan di area yang kami minati, yaitu Sulawesi, dengan beberapa syarat. Kami perlu menemukan sesuatu yang tidak terlalu jauh dari pembangkit listrik tenaga air atau potensinya. Mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari laut karena logistiknya lebih mudah.
Namun yang terpenting adalah kualitas cadangan, yaitu volume dan kadar bijih yang akan dimiliki. Sulawesi, ada banyak potensi. Jadi itu bukan sesuatu yang kami pikirkan seperti ini. Itu benar-benar, ada banyak potensi.
Jadi, kami bekerja sama dengan Kementerian ESDM seperti yang saya katakan, dan kami sedang berdiskusi dengan pemilik IUP, orang-orang yang sudah memiliki izin, apakah kami bisa bermitra dengan mereka. Jadi, ini dua hal utama.
Berarti pilihannya antara berkomunikasi dengan pemilik IUP yang ada atau meminta perusahaan pertambangan itu sendiri untuk [memiliki IUP?]
Ya. Apakah kami bermitra dengan seseorang yang memiliki IUP atau kami bisa mendapatkan izin baru dari Kementerian ESDM di wilayah yang tidak ada izinnya. Kami sedang mencari dua opsi itu.
Jadi, wilayah minatnya di Sulawesi?
Ya. Bukan berarti kami sebagai Eramet tidak tertarik untuk berinvestasi di tempat lain, tetapi untuk EBS, jelas, ya, Sulawesi. Sulawesi.
(dov/wdh)