Logo Bloomberg Technoz

Bos Eramet Bicara Riuh Sonic Bay hingga Nasib Nikel Era Prabowo

Dovana Hasiana
18 July 2024 12:40

Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour. (Dok. Eramet Indonesia)
Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour. (Dok. Eramet Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta Sepanjang tahun berjalan, penghiliran —atau program hilirisasi — nikel dan rantai pasok baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) menjadi salah satu fokus pemerintah dan masyarakat.

Dalam kaitan itu, nama Eramet SA belakangan disorot, khususnya usai keputusan perusahaan asal Prancis itu untuk hengkang dari proyek Sonic Bay di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara.

Sonic Bay sendiri merupakan pabrik pemurnian atau smelter nikel/kobalt berbasis high pressure acid leach (HPAL) yang pada awalnya dirancang untuk memproses sebagian bijih dari tambang Weda Bay Nickel demi menghasilkan produk antara nikel dan kobalt, yakni sekitar 60.000 ton nikel dan 6.000 ton kobalt.

Nikel dan kobalt tersebut terkandung dalam endapan campuran hidroksida yang dikenal sebagai mixed hydroxide precipitates (MHP), sebagai bahan baku baterai EV.

Bloomberg Technoz berkesempatan mewawancarai Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour untuk membahas dinamika hilirisasi nikel di Indonesia, penjelasan lengkap soal Sonic Bay, hingga harapan terhadap tata kelola hilirisasi nikel pada pemerintahan Presiden Terpilih 2024—2029 Prabowo Subianto mendatang.