Bloomberg Technoz, Jakarta - Epidemiolog dan ahli kesehatan lingkungan, Dr Dicky Budiman menyoroti risiko kesehatan terkait penggunaan Bisfenol A (BPA) pada air minum dalam kemasan (AMDK) atau air galon.
Hal ini merujuk pada peraturan terbaru yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai kewajiban pecantuman bahaya BPA pada air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan polikarbonat.
Galon air minum yang digunakan ulang menjadi salah satu sumber berbahan plastik paling signifikan secara intensitas dan risiko.
Lebih lanjut, Dicky mengatakan BPA pada air minum bisa berisiko terganggunya hormonal pada seseorang.
Gangguan Hormonal: BPA dapat bertindak sebagai estrogen sintetik, yang dapat mengganggu fungsi hormon alami dalam tubuh.
"Hal ini dapat berdampak pada perkembangan sistem reproduksi, terutama pada janin dan anak-anak," kata Dicky kepada Bloomberg Technoz.
Selanjutnya risiko penyakit lain yang mengintai ialah risiko kanker. Kata Dicky bahwa beberapa penelitan mengatakan ada potensi penyakit kanker akibat BPA pada air minum.
"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker payudara dan prostat," tambah Dicky.
Kemudian ada gangguan penyakit lain seperti gangguan metabolik pada tubuh.
"Gangguan Metabolik: BPA dikaitkan dengan gangguan metabolik seperti obesitas, diabetes, dan resistensi insulin," jelasnya.
Selanjutnya seseorang akan terkena masalah penyakit kardiovaskular akibat air minum berbahan BPA.
"Ada bukti yang menunjukkan hubungan antara paparan BPA dengan penyakit kardiovaskular," ungkapnya.
Data yang disampaikan oleh BPOM menunjukkan bahwa kadar BPA yang bermigrasi ke air minum dalam galon polikarbonat meningkat dari tahun 2021 hingga 2022. Peningkatan ini mengkhawatirkan, terutama mengingat galon polikarbonat menyumbang 96% dari total galon air minum bermerek yang beredar di masyarakat.
Dicky mengatakan meningkatnya kadar migrasi BPA ke dalam air minum berarti masyarakat yang mengonsumsi air dari galon ini terkena paparan BPA secara terus-menerus.
"Paparan kronis ini meningkatkan risiko efek kesehatan yang merugikan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil," katanya.
Oleh karena itu kata Dicky hal ini perlu tindakan cepat karena peningkatan persentase migrasi BPA menunjukkan perlunya tindakan segera untuk mengurangi paparan BPA.
"Regulasi dan pengawasan yang lebih ketat diperlukan untuk memastikan bahwa tingkat migrasi BPA tetap di bawah ambang batas yang aman," pungkas Dicky.
(dec/spt)