Logo Bloomberg Technoz

Nikel Makin Kehilangan Taji, Harga Terjungkal ke US$16.457/Ton

Dovana Hasiana
18 July 2024 09:40

Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston
Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta Kalangan ahli pertambangan menilai penurunan harga nikel yang diperdagangkan di London Metal Exchange (LME) hingga ke level US$16.457/ton terjadi karena adanya penurunan permintaan dari China.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan penurunan permintaan China berkaitan dengan perekonomian Negeri Panda yang belum pulih.

Sekadar catatan, produk domestik bruto (PDB) China hanya tumbuh 4,7% pada kuartal II-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, atau merupakan laju terburuk dalam lima kuartal.

Kendati demikian, Indonesia juga turut memberikan andil dalam penurunan harga nikel tersebut.

Harga nikel LME./dok. Bloomberg

Terlebih, kata Rizal, produksi nikel dari Indonesia sudah mencapai di atas 1,7 juta ton pada 2023 dan diperkirakan meningkat lagi pada 2024 dan tahun selanjutnya karena beberapa smelter sudah masuk ke tahap produksi komersial dan berpotensi menambah pasokan nikel ke pasar global.