Logo Bloomberg Technoz

Peluang Penurunan BI Rate dan Prospek Arah Fiskal Prabowo

Ruisa Khoiriyah
18 July 2024 11:00

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bunga acuan Indonesia, BI Rate, berpeluang turun untuk kali pertama pada kuartal terakhir tahun ini, setelah pemangkasan terakhir kali terjadi pada Januari 2021 silam.

Ruang penurunan BI rate dibuka oleh gelagat kuat akan dimulainya penurunan bunga acuan Amerika Serikat (AS), Fed fund rate (FFR), yang selama ini telah memicu gelombang bunga tinggi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sejak pemulihan ekonomi pascapandemi melahirkan inflasi tinggi.

Indonesia yang telah mencatat laju inflasi lebih rendah, nyatanya tidak bisa leluasa melakukan pelonggaran moneter melalui penurunan bunga acuan. BI 'tersandera' arah bunga global tinggi yang membuat dana global tersedot keluar dari pasar domestik dan menjatuhkan nilai tukar rupiah.

Alhasil, keputusan memangkas bunga acuan tidak bisa serta merta dilakukan sebelum bank sentral paling berpengaruh, Federal Reserve, mengambil langkah penurunan bunga acuan lebih dulu. Maka itu, dengan sinyal penurunan FFR mulai akhir kuartal III tahun ini yang makin kuat, ruang pemangkasan BI rate ikut terbuka.

Namun, hal itu mungkin belum akan menjadi jalan mulus tanpa benturan. Kekhawatiran para investor terkait arah kebijakan fiskal pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto yang baru akan dilantik, serta sosok menteri keuangan yang duduk di kabinet baru nanti, sepertinya masih akan membebani rupiah.