Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat menuju Rp16.070/US$ yang makin mendekati MA-100. Level resistance potensial selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.040/US$ yang menjadi level paling optimis, juga Rp16.000/US$ sebagai resistance psikologis.
Dalam tren jangka pendek, rupiah memiliki support pada level Rp16.130/US$ apabila kembali terjadi pelemahan. Ada juga level Rp16.150/US$ serta Rp16.180/US$ sebagai support terkuat yang tercermin dari trendline indicator channel pada time frame daily.
Dolar AS ambles
Indeks dolar AS meluncur turun ke 103,74 pada penutupan bursa New York dini hari tadi dan pagi ini melanjutkan pelemahan ke 103,68.
Tekanan yang dihadapi dolar AS bersumber dari optimisme pasar yang makin memuncak terkait peluang penurunan bunga acuan The Fed bulan-bulan mendatang.
Di pasar swap, investor meyakini penurunan pertama bunga The Fed akan terjadi pada September nanti dengan probabilitas mencapai 93,5%. Kemudian berlanjut pada November dan Desember sehingga total ada tiga kali pemangkasan bunga di sisa tahun ini. Hal itu akan menjadi momen historis setelah dunia menyaksikan reli kenaikan bunga paling agresif AS dalam empat dekade terakhir.
Keyakinan itu diperkuat oleh pernyataan banyak pejabat The Fed yang semakin dovish belakangan. Yang terakhir datang dari Anggota Komite Dewan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller.
Waller mengatakan ekonomi semakin dekat ke titik di mana bank sentral dapat mengurangi biaya pinjaman, tetapi mengindikasikan bahwa ia ingin melihat "lebih banyak bukti" bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan.
"Data saat ini konsisten dengan pencapaian transisi mulus, dan saya akan mencari data selama beberapa bulan ke depan untuk mendukung pandangan ini," kata Waller dalam pidato pada Rabu (17/7/2024) di Fed Kansas City.
"Meskipun saya tidak percaya kita telah mencapai tujuan akhir kita, saya yakin kita semakin dekat dengan waktu ketika penurunan suku bunga kebijakan diperlukan."
(rui)