Persoalannya, Indonesia dan emerging country (negara berkembang) di seluruh dunia itu menganut sistem ekonomi terbuka yang dipengaruhi oleh global, dan negara yang paling berpengaruh adalah AS
Jika dilihat, sampai saat ini, data ekonomi AS menunjukkan perbaikan, namun tidak dengan FFR bank sentral Federal Reserve.
"Dengan data-data terakhir yang kami lihat, FFR semula diperkirakan baru turun Desember, tapi ada probabilitas semakin besar bisa maju FFR turun ke November. Kami belum berani perkirakan September, walaupun pasar ada yang mengira begitu," papar Perry.
Pada umumnya, lanjut Perry, pasar keuangan bereaksi sebelumnya, dan membuat rambatan secara global. Penurunan FFR lebih dini membuka peluang nilai tukar rupiah akan menguat akibat pelemahan dolar AS.
Faktor lain yang mempengaruhi BI rate adalah pergerakan suku bunga obligasi AS atau yield US treasury yang dipengaruhi belanja negara AS. Berdasarkan informasi, defisit pemerintah AS disebut-sebut akan naik ke level 6%-7%, bergantung dampak Pemilu AS.
"Itulah kenapa suku bunga obligasi pemerintah AS jangka pendek 2 tahun lebih tinggi dari jangka panjang 10 tahun, yakni masing-masing 4,7% dan 4,4%. Tetapi ke depan mulai triwulan IV yield US treasury 2 tahun dan 10 tahun kemungkinan akan hampir sama." tutur Perry.
Faktor selanjutnya adalah pergerakan indeks dolar AS. Dengan FFR yang turun lebih cepat dari perkiraan dan yield US treasury yang konvergen, maka dolar AS yang kini pada posisi kuat berpotensi melemah pada akhir tahun, meski tetap bergantung faktor sentimen jangka pendek yang terjadi pada masa tertentu.
(lav)