"Keseluruhan 2024, Neraca Pembayaran Indonesia kami perkirakan masih akan tetap sehat dengan defisit transaksi berjalan rendah di kisaran 0,1%-0,9% dari Produk Domestik Bruto. Neraca transaksi modal dan finansial juga akan mencatat surplus didukung peningkatan arus masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asiang dan investasi portofolio," jelas Perry dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, siang hari ini.
Arus masuk modal asing yang diperkirakan berlanjut didukung oleh sentimen di pasar global yang terlihat makin positif. BI memperkirakan Federal Reserve, bank sentral AS, akan memangkas bunga acuan dalam waktu dekat dan itu akan berimbas pada membaiknya sentimen di pasar dalam negeri.
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus menguat di sisa tahun ini di tengah kebijakan BI untuk tetap mengoptimalkan instrumen moneter SRBI, SVBI, dan SUVBI ke depan.
Sepanjang tahun ini (year-to-date), lanjut Perry, rupiah memang masih melemah 4,84%. Namun, depresiasi rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang negara-negara tetangga seperti peso Filipina (5,44%) atau won Korea Selatan (7,03%).
"Ke depan, nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat karena menariknya imbal hasil, inflasi rendah, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Semuanya mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing," terang Perry.
(rui)