Menurut Kementerian Kesehatan RI, hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat pengidapnya memiliki kebiasaan mengumpulkan atau menimbun barang-barang, termasuk yang tidak berguna.
Barang-barang tersebut biasanya dinilai akan berguna di masa depan, memiliki kenangan tertentu, atau memberikan rasa aman bagi pengidapnya.
Mengapa Orang Menimbun Barang?
Pengidap hoarding disorder sering merasa stres jika harus membuang barang-barang mereka. Akibatnya, barang-barang terus menumpuk meskipun sebagian besar sudah rusak dan tidak bernilai. Kebiasaan ini membuat ruang tempat tinggal mereka menjadi tidak layak huni.
Gejala Hoarding Disorder
- Kesulitan Membuang Barang
Salah satu gejala utama hoarding disorder adalah kesulitan membuang barang yang tidak diperlukan. Pengidap merasa cemas jika harus membuang suatu barang, meskipun barang tersebut tidak memiliki nilai atau kegunaan.
2. Cemas Jika Barang Dibuang
Pengidap hoarding disorder akan merasa sangat cemas dan stres jika barang-barangnya harus dibuang. Mereka sering merasa bahwa setiap barang memiliki nilai sentimental atau kegunaan di masa depan.
3. Sulit Mengambil Keputusan
Pengidap juga sering kesulitan dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan barang-barang mereka. Mereka tidak tahu mana barang yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang.
4. Resah Jika Barangnya Disentuh Orang Lain
Pengidap hoarding disorder biasanya merasa tidak nyaman jika barang-barangnya disentuh atau dipindahkan oleh orang lain. Mereka merasa bahwa barang-barang tersebut harus tetap dalam kendali mereka.
Penyebab Hoarding Disorder
- Gangguan Mental Lainnya
Hoarding disorder sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lainnya seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD).
- Pola Asuh Keluarga
Orang yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajarkan cara memilah barang juga berisiko lebih tinggi mengidap hoarding disorder. Mereka tidak terbiasa untuk membuang barang yang tidak diperlukan.
- Riwayat Keluarga
Memiliki keluarga yang mengidap hoarding disorder juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan gangguan ini.
- Kehilangan Orang yang Dicintai
Pengalaman kehilangan orang yang dicintai atau mengalami trauma lainnya dapat menjadi pemicu hoarding disorder. Mereka mungkin merasa bahwa menimbun barang dapat membantu mereka merasa lebih aman dan terhubung dengan kenangan mereka.
- Kesulitan Ekonomi
Pernah mengalami kesulitan ekonomi atau kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam juga bisa menjadi faktor pemicu hoarding disorder.
Dampak Hoarding Disorder pada Kehidupan Sehari-Hari
- Kesehatan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal yang dipenuhi barang-barang dan sampah dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Risiko terkena infeksi, alergi, dan penyakit pernapasan meningkat karena kondisi lingkungan yang tidak higienis.
- Hubungan Sosial
Hoarding disorder juga berdampak pada hubungan sosial pengidap. Mereka mungkin merasa malu atau takut dihakimi oleh orang lain, sehingga menghindari interaksi sosial.
- Kualitas Hidup
Kualitas hidup pengidap hoarding disorder cenderung menurun karena ruang hidup mereka yang tidak layak huni. Mereka mungkin kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari seperti tidur, makan, dan mandi.
Cara Mengatasi Hoarding Disorder
- Terapi Kognitif-Perilaku
Terapi kognitif-perilaku (CBT) adalah salah satu metode yang efektif dalam mengatasi hoarding disorder. Terapi ini membantu pengidap untuk mengubah pola pikir dan perilaku mereka terkait barang-barang yang mereka timbun.
- Intervensi Keluarga
Dukungan dari keluarga dan teman-teman sangat penting dalam proses pemulihan. Intervensi keluarga dapat membantu pengidap memahami dampak negatif dari kebiasaan mereka dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
- Pengobatan
Dalam beberapa kasus, pengobatan dengan obat-obatan tertentu dapat membantu mengurangi gejala hoarding disorder, terutama jika disertai dengan gangguan mental lainnya seperti depresi atau OCD.
Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat berdampak negatif pada kualitas hidup pengidapnya. Meskipun sulit diatasi, dengan terapi yang tepat dan dukungan dari keluarga, pengidap dapat belajar mengelola kebiasaan menimbun mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
(dec/spt)