Dalam satu tahun terakhir laju saham BNBA drop 79% dari posisi terbaiknya pada harga Rp2.830/saham. Pada penutupan sesi I, Senin (10/4/2023) harga saham BNBA Rp580.
Dengan posisi harga saham hari ini, maka nilai kepemilikan saham Ajaib di BNBA tercatat hanya Rp657,39 miliar. Dengan demikian, Ajaib mencatatkan rugi di atas kertas (unrealized loss) sebesar sekitar Rp712 miliar atau sekitar 52% dari investasi yang dicatatkan.
Bukan hanya rugi, Ajaib juga belum menjadi pemegang saham pengendali BNBA meskipun menjadi salah satu pemegang saham terbesar. Padahal keinginan untuk menjadi pemegang saham pengendali di BNBA sudah disampaikan oleh Ajaib sejak April 2022. Pemegang saham pengendali dari BNBA masih pemilik lama yakni Surya Husada Investment dan Dana Graha Agung dengan ultimate shareholder adalah Rachmat Mulia Suryahusada.
Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi kepada pihak Ajaib mengenai kerugian yang dialami atas investasi di BNBA dan mengapa belum menjadi pemegang saham pengendali. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak Ajaib belum memberikan respons.
Sebagai informasi, laba bersih BNBA drop 8% secara tahunan menjadi hanya Rp 38,9 miliar efek peningkatan sejumlah beban pada kinerja 2022. Tercatat, pendapatan bunga BNBA naik 1% secara tahunan, menjadi Rp 527 miliar. Pendapatan bunga bersih juga masih mengalami kenaikan 20% menjadi Rp 347 miliar.
Namun beban operasional Bank Bumi Arta melesat 31% menjadi Rp 300 miliar. Bersamaan dengan melesatnya beban keuangan pada penurunan nilai aset keuangan atau impairment mencapai 200% menjadi Rp 53 miliar. Beban tenaga kerja naik 20% menjadi Rp 149 miliar.
Beban promosi dan lainnya juga naik menjadi masing-masing 30% dan 7%. Dengan demikian, laba sebelum pajak BNBA tercatat hanya Rp 50,3 miliar, turun 11% secara tahunan.
Adapun pada sisi kredit yang diberikan BNBA mencatatkan sebesar Rp 3,8 triliun, turun 3% jika dibandingkan dengan kinerja 2021 mencapai Rp 3,9 triliun. Angka tersebut seiring dengan kenaikan kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross dari sebelumnya 3,04% menjadi 4,56%.
Selanjutnya, nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) juga meningkat menjadi 77,34%, dari sebelumnya tercatat sebesar 63,40%. Senada, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif naik menjadi 1,75%, dari sebelumnya 0,99% pada 2021.
Total aset BNBA tercatat sebesar Rp 8,2 triliun pada sepanjang 2022, turun 5%. Begitu juga dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNBA hanya sebesar Rp 4,9 triliun, turun 20% secara tahunan.
(fad/dhf)