Dampak Rekayasa Cuaca Tanpa Hujan 22 Hari di IKN Bagi Lingkungan
Dinda Decembria
17 July 2024 13:50
Bloomberg Technoz, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, Didi Satiadi mengatakan penggunaan metode BMKG dengan mengintensifkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Ibu Kota Nusantara (IKN) memiliki risiko. Terutama pada lingkungan di sekitar IKN.
Dampak yang terjadi adanya pola cuaca sulit diprediksi dapat menyebabkan hujan turun di tempat yang tidak diinginkan.
"Seperti di daratan alih-alih di laut yang menjadia target. Selain itu, distribusi sumber daya air juga bisa terganggu, misalnya wilayah sekitar Pulau Kalimantan bisa kekurangan air jika hujan diturunkan di laut," kata Didi melalui keterangan tertulis kepada Bloomberg Technoz, Rabu (17/7).
Sementara itu, penggunaan penyemaian awan untuk mengurangi hujan pada musim kemarau tidak selalu diperlukan karena kondisi yang sudah kering. Namun, gangguan cuaca yang memicu pertumbuhan awan dan hujan di musim kemarau bisa menjadi pengecualian.
Selain risiko tersebut, efektivitas dan akuntabilitas teknologi modifikasi cuaca juga sering dipertanyakan. Dampaknya terhadap alam dan lingkungan belum sepenuhnya dipahami, sehingga aspek etika sering menjadi pertanyaan. Potensi dampak akumulatif terhadap tumbuhan, hewan, dan keseimbangan ekologi belum banyak dipahami.