Bloomberg Technoz, Jakarta - Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia/Indonesia Coal Mining Association (APBI/ICMA) mengatakan penurunan ekspor batu bara Indonesia pada Juni 2024 terjadi karena tidak adanya permintaan khusus dari dua negara importir utama, yakni China dan India.
Plt Direktur Eksekutif APBI/ICMA Gita Mahyarani mengatakan permintaan batu bara Indonesia di pasar spot China pada periode musim panas ini tidak naik signifikan dibandingkan dengan ekspektasinya.
“Biasanya kalau musim panas, cuaca panas sekali maka permintaan batu bara naik signifikan. Sekarang ini kondisi tidak terlalu panas,” ujar Gita kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (17/7/2024).
Dengan kondisi cuaca tersebut, kata Gita, pasokan listrik berbasis hydro dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) juga tinggi. Sehingga, China tidak memiliki kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan permintaan batu bara.
Di lain sisi, permintaan dari India saat ini stabil karena stok batu bara sebelum musim hujan sudah berada dalam posisi yang aman.
“Selain itu, karena musim hujan adalah musim rendahnya permintaan di India, para pelaku pasar tidak mengantisipasi adanya kenaikan permintaan,” ujar Gita.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor batu bara Indonesia tercatat sebesar US$2,49 miliar pada Juni 2024.
Angka ini mengalami penurunan 0,36% secara bulanan atau month to month (mtm) dibandingkan dengan US$2,5 miliar pada Mei 2024.
Sementara itu, volume ekspor batu bara juga mengalami penurunan 3,06% mtm menjadi 32,66 juta ton pada Juni dari 33,69 juta ton pada Mei 2024.
Secara tahunan, nilai ekspor batu bara juga turun 6,68% menjadi US$2,67 miliar. Namun, volume ekspor justru mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 14,2% dari sebelumnya 28,6 juta ton.
“Ekspor batu bara menurun secara bulanan disebabkan oleh penurunan volume dan harga. Sedangkan secara tahunan penurunan lebih disebabkan penurunan harga,” ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (15/7/2024).
Selain itu, Amalia juga mengatakan terdapat penurunan permintaan batu bara karena beberapa negara seperti China sudah memasuki musim panas.
Amalia menggarisbawahi permintaan ekspor batu bara relatif mengalami penurunan pada musim panas, tetapi bakal kembali meningkat memasuki musim dingin.
“Kita tahu ekspor batu bara digunakan untuk sumber energi, negara-negara bagian utara, China, dan lain-lain sudah memasuki musim panas,” ujarnya.
(dov/frg)