Rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat pada level Rp16.150/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.110/US$. Terdapat juga level Rp16.070/US$ sebagai titik paling optimistis penguatan rupiah dengan time frame daily.
Sementara bila sentimen masih tidak berpihak pada rupiah, ada level support psikologis pada Rp16.200/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp16.250/US$, dan Rp16.280/US$ yang makin menjauhi MA-50.
Desakan penurunan bunga
Sinyal dovish The Fed semakin bertambah setelah kemarin Gubernur The Fed Jerome Powell dan beberapa pejabat The Fed di negara bagian, kini Anggota Dewan Gubernur The Fed Adriana Kugler juga melontar sinyal serupa.
Ia bilang bahwa akan tepat untuk menurunkan biaya pinjaman "akhir tahun ini" jika inflasi terus moderat, seiring dengan pasar tenaga kerja yang mendingin namun tetap tangguh.
Kugler menekankan perlunya bergantung pada data, terutama mengingat risiko terhadap inflasi dan lapangan kerja telah menjadi jauh lebih seimbang. Komentarnya tentang prospek suku bunga serupa dengan komentar yang dibuat pada bulan Juni.
"Jika kondisi ekonomi terus berkembang dengan cara yang menguntungkan ini dengan disinflasi yang lebih cepat, seperti yang dibuktikan dalam data inflasi selama tiga bulan terakhir, dan lapangan kerja melemah tetapi tetap tangguh seperti yang terlihat dalam beberapa laporan ketenagakerjaan terakhir, saya memperkirakan bahwa akan tepat untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter akhir tahun ini," kata Kugler pada Selasa (16/07/2024) dalam sambutan yang disiapkan untuk acara yang diselenggarakan oleh National Association for Business Economics di Washington.
Di sisi lain, semakin banyak ekonom Wall Street mendesak The Fed untuk menurunkan bunga. The Fed dinilai terlalu lama menunda pembalikan arah kebijakannya setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam dua dekade.
Data inflasi yang moderat dalam tiga bulan terakhir, dikombinasikan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan peningkatan angka pengangguran, sebenarnya memberikan peluang lebih besar bagi The Fed untuk memangkas bunga bahkan mulai FOMC akhir bulan ini.
Gubernur The Fed Jerome Powell, dalam sebuah acara di Washington pada Senin (15/07/2024), mengatakan dia tidak akan memberikan petunjuk tentang waktu penurunan suku bunga, dan sebagian besar rekan-rekannya FOMC yang menetapkan kebijakan tampaknya masih belum yakin tentang perlunya tindakan segera.
Namun risiko untuk menunggu atau menunda penurunan kini dinilai semakin besar, menurut sejumlah tokoh terkemuka termasuk Kepala Ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius, Presiden Queens' College Mohamed El-Erian, dan Neil Dutta dari Renaissance Macro Research.
"Kami melihat alasan kuat untuk penurunan suku bunga pada pertemuan 30-31 Juli," kata Hatzius dalam laporan yang diterbitkan Senin. "Jika alasan untuk penurunan sudah jelas, mengapa harus menunggu tujuh minggu lagi sebelum melakukannya?"
FOMC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil pada bulan Juli untuk pertemuan kedelapan berturut-turut, menandai satu tahun sejak pertama kali mencapai kisaran target 5,25% hingga 5,5% saat ini. Investor bertaruh pada setidaknya dua penurunan suku bunga sebelum akhir 2024, dimulai pada September, menurut kontrak berjangka.
(rui)