Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham konsumen primer jadi yang terlemah hari ini jatuh sedalam 0,77%. Disusul oleh infrastruktur yang ambruk 0,73% dan saham keuangan melemah 0,61%.

Di samping itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) yang melesat 24,1%, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) melonjak 23,3%, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) melejit 20,4%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) yang anjlok 13,8% PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) yang jatuh 11,5%, dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) yang ambruk 9,74%.

Indeks saham utama Asia lainnya justru menguat. Index CSI 300 (China), Weighted Index (Taiwan), Shenzhen Comp. (China), Topix (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo), KOSPI (Korea Selatan), Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam), SENSEX (India), dan Shanghai Composite (China) yang berhasil menguat masing-masing 0,63%, 0,49%, 0,49%, 0,34%, 0,20%, 0,18%, 0,11%, 0,08%, dan 0,04%.

Di sisi berseberangan, Index Hang Seng (Hong Kong), IHSG (Indonesia), SETI (Thailand), Straits Time (Singapura), PSEI (Filipina), dan KLCI (Malaysia) yang terpeleset masing-masing 1,60%, 0,75%, 0,46%, 0,34%, 0,33%, dan 0,24%.

Jadi, IHSG adalah indeks dengan pelemahan paling buruk kedua di Asia, setelah Index Hang Seng.

Sentimen yang menggerakkan IHSG hari ini datang dari wait and see pelaku pasar regional menanti kebijakan suku bunga acuan (BI Rate) oleh Bank Indonesia, yang telah memulai Rapat Dewan Gubernur edisi Juli mulai hari ini, dan akan mengumumkan keputusan suku bunga acuan pada Rabu esok.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan BI Rate akan tetap bertahan di level saat ini di 6,25% dalam RDG bulan ini. Dari 35 Analis/Ekonom yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruhnya memperkirakan demikian. 

Pergerakan BI Rate di 2024 (Bloomberg)

Yang jadi perhatian pasar, RDG BI pada 17–18 Juli 2024 ini dilangsungkan di tengah berbagai sentimen global dan dalam negeri yang campur aduk dengan perubahan cepat, dan sejauh ini terlihat belum cukup menguntungkan rupiah dan pasar keuangan dalam negeri.

Menyusul peningkatan peluang keterpilihan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat lagi mengalahkan Joe Biden, Presiden AS saat ini. Sementara pasar surat utang dalam negeri juga masih terbebani juga oleh risiko pelebaran transaksi berjalan akibat kinerja Neraca Dagang yang kurang menggembirakan pada Juni. 

Pasar keuangan RI juga terbebani oleh ketidakpastian tentang sosok Menteri Keuangan di jajaran Pemerintahan baru mendatang di tengah sinyal beragam yang ditebar oleh tim di Presiden terpilih Prabowo Subianto terkait arah kebijakan fiskal RI kedepannya. 

Namun, dengan berbagai dinamika geopolitik berikut ketidakpastian transisi Pemerintahan baru, BI kemungkinan akan memperlihatkan kehati-hatian meski Gubernur BI Perry Warjiyo sempat melempar pernyataan ada peluang pemangkasan BI Rate pada Kuartal IV-2024 di Parlemen RI beberapa waktu lalu. 

(fad/wep)

No more pages