Logo Bloomberg Technoz

“Kami memperkirakan bank-bank akan berkinerja yang lebih baik pada sisi pendapatan di kuartal-kuartal mendatang, didorong oleh prospek NIM yang stabil, pertumbuhan pinjaman yang kuat, dan potensi penurunan biaya kredit, terutama pada Bank BRI,” mengutip paparan Edward Lowis dalam risetnya, Selasa (16/7/2024).

Ditambah lagi, sinergi dengan PNM serta Pegadaian akan terus melanjutkan tren positif, juga tercermin dari pertumbuhan pendapatan Bank BBRI yang solid mencapai 8,8% yoy, yang didukung oleh dividen dari Pegadaian. Senada, pertumbuhan pinjaman BRI juga melonjak double digit mencapai 10,6% yoy.

Perluasan jaringan, penjualan berbagai macam produk dalam berbagai platform, dan optimalisasi pendanaan di segmen Ultra Mikro Bank BRI melalui PNM dan Pegadaian, juga  berada di dalam tren pertumbuhan. Di mana segmen kredit Ultra Mikro ini menyandang margin yang lebih tinggi, juga konsisten memberikan pertumbuhan yang kuat melebihi pertumbuhan kredit Bank Only.

Net Interest Margin diproyeksikan akan relatif tetap stabil karena Biaya Dana (Cost of Funds/CoF) telah stabil hingga Mei 2024. Aset keseluruhan juga berhasil menunjukkan perbaikan ke arah positif efek adanya perubahan dalam campuran aset, terutama Rasio Pinjaman Terhadap Aset (Loan to Asset Ratio/LAR) yang lebih unggul, diikuti dengan Bank lainnya yang secara bertahap meningkatkan hasil pinjaman mereka.

Berkaca secara industri, Rasio Kredit Bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dan yang disebut Pinjaman dengan Perhatian Spesifik (Special-Mention Loan/SML) akan tetap terus dipertahankan pada tingkat yang sehat masing-masing sebesar 2,3% dan 5,0% hingga 5 bulan pertama tahun ini di 2024.

“Bank-bank besar juga mempertahankan tingkat pencadangan kredit yang rendah sekitar 1% selama periode tersebut, kecuali untuk BBRI. Pencadangan kredit BBRI meningkat menjadi 3,6% pada 5 bulan pertama di 2024, melampaui panduan sepanjang tahun sebesar 3,0%, didorong oleh penurunan kualitas dalam segmen pinjaman kecil dan UMKM,”  jelasnya.

Namun, Edward memperkirakan biaya kredit (Credit Costs) berpotensi akan menurun pada kuartal-kuartal mendatang karena kualitas aset di bank tersebut stabil.

Selain itu, BBRI juga tetap mempertahankan salah satu Cadangan Kerugian Pinjaman (Loan Loss Reserves/LLR) tertinggi di antara rekan-rekannya, yaitu sebesar 6,8% pada Mei 2024. Merupakan langkah kesiapan untuk menghadapi dan meng-cover potensi potensi risiko dari sisi pinjaman.

Dengan demikian, Analis Sucor Sekuritas merekomendasikan Beli saham BBRI dengan target harga dapat mencapai Rp6.000/saham, menyiratkan 2,2x PBV untuk tahun penuh 2024.

Target tersebut juga didukung oleh asumsi Return on Equity/ROE berkelanjutan mencapai 17,9% dengan Dividend Yield yang tinggi menyentuh 7,1%.

Senada, riset dari Kresna Hutabarat Analis Mandiri Sekuritas juga menargetkan harga saham BBRI di angka Rp6.000/saham. Begitu juga dengan Nicholas Santoso Analis Verdhana Sekuritas Indonesia, memberikan rekomendasi Beli saham Bank BRI dengan target Rp6.000/saham.

Adapun konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 35 analis menghasilkan target harga saham BBRI di angka Rp5.918/saham dalam 12 bulan kedepan. Sebanyak 32 analis kompak merekomendasikan Beli untuk saham BBRI, dengan pandangan Bullish.

(fad)

No more pages