Logo Bloomberg Technoz

BHP berencana mengeluarkan A$450 juta (US$304 juta) per tahun untuk mendukung potensi dimulainya kembali bisnis nikel jika kondisi pasar dan prospek nikel membaik.

Anomali Harga

Kendati demikian, harga nikel sempat mengalami penguatan hingga ke level US$20.800/ton, di saat para analis memproyeksikan harga pada 2024–2026 bakal jatuh.

“Tahun lalu saya hadir di London Metal Exchange [LME] Week di London. Waktu itu everything is doomed karena semua analis itu mengatakan harga nikel pada 2024—2026 itu akan jatuh,” ujar Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nicolas D. Kanter dalam agenda MINDialogue di Jakarta Selatan, dikutip Jumat (20/6/2024).

Menurut Nicolas, kondisi geopolitik memang berpengaruh terhadap harga komoditas. Namun, terdapat dua sentimen lainnya yang turut berkontribusi terhadap kenaikan harga.

Pertama, berkurangnya pasokan dari negara produsen nikel besar, seperti Rusia dan New Caledonia, yang memengaruhi ketersediaan pasokan dan mengerek harga. Kedua, tertahannya Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) penambang nikel di Indonesia.

“Indonesia sekarang menjadi majority atau player di dunia, RKAB itu tertahan beberapa bulan sehingga itu juga menyebabkan harga nikel itu menjadi baik,” ujarnya.

Selain nikel, komoditas logam non-ferrous andalan Indonesia lainnya juga melemah. Tembaga melemah 0,72% menjadi US$9.806/ton, timah melemah 1,33% menjadi US$33.246/ton, dan aluminium turun 0,79% menjadi US$2.461/ton.

(dov/roy)

No more pages