Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, pasar mencermati pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed dalam acara Economic Club kemarin. Powell bilang, data-data ekonomi AS pada kuartal II telah memberikan keyakinan yang lebih besar bagi para pengambil kebijakan bahwa inflasi sedang menuju target 2%, yang mungkin membuka jalan bagi penurunan bunga jangka pendek.

"Kami tidak memperoleh keyakinan tambahan apapun pada kuartal pertama, namun tidak pada data-data di kuartal kedua termasuk satu dari pekan lalu [data inflasi], menambah keyakinan," kata Powell saat diwawancara oleh David Rubenstein di acara tersebut.

Nada dovish Powell menaikkan taruhan para trader di pasar swap. Probabilitas penurunan bunga The Fed pada September makin naik menyentuh 91,2%. Diikuti penurunan berikutnya dua bulan berturut-turut masing-masing dengan peluang sebesar 61,7% dan 55,2%.

Dalam situasi lazim, nada Powell itu akan mengikis pamor dolar AS dan menurunkan yield Treasury, surat utang AS, dan memberi ruang penguatan pada aset-aset emerging market termasuk rupiah.

Namun, perhitungan terhadap potensi lonjakan inflasi ke depan apabila Trump menang dalam Pemilu November, membuat pasar sepertinya galau. 

Imbal hasil surat utang AS naik di semua tenor di mana UST-10Y naik 4,7 bps ke 4,22%. Sedangkan tenor 30Y bahkan naik 6,1 bps ke 4,45%. Tenor pendek 2Y naik tipis 0,6 bps menjadi 4,45%.

Pamor aset-aset di pasar emerging jadi sedikit memudar. Indeks harga obligasi di negara berkembang ditutup turun 0,18% dini hari tadi.

Rupiah offshore ditutup melemah tadi malam di New York, tergerus 0,53% di Rp16.201/US$ untuk kontrak NDF-1M dan di Rp16.186/US$ atau terpangkas 0,45% untuk NDF-1W. Level itu lebih lemah dibanding posisi penutupan pasar spot kemarin di Rp16.170/US$.

Hal itu mengindikasikan tekanan pada rupiah hari ini mungkin masih akan terjadi meskipun dalam kisaran terbatas.

Pagi ini di pembukaan pasar Asia, beberapa valuta kawasan dibuka melemah terbatas seperti won Korea yang turun 0,11% di awal perdagangan, yuan offshore dan dolar Hong Kong stabil, sementara baht Thailand dibuka juga melemah tipis 0,02%.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah dengan koreksi terdekat menuju level Rp16.190/US$ yang merupakan support usai terjadinya pembalikan arah. Adapun target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.220/US$.

Apabila kembali break support tersebut, rupiah bisa melemah makin lanjut menuju level Rp16.250/US$ sampai dengan Rp16.280/US$ sebagai support terkuat.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.130/US$. Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih ada potensi penguatan, meski kian terbatas untuk kembali ke level Rp16.100/US$ potensialnya.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 16 Juli 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Defisit transaksi berjalan

Kinerja neraca dagang Indonesia pada Juni mencatat surplus yang makin kecil, hanya US$2,38 miliar, akibat lemahnya kinerja ekspor yang lebih buruk ketimbang perkiraan.

Perlambatan ekspor Indonesia pada Juni memberikan sinyal kinerja manufaktur domestik yang semakin kuat. Itu terlihat karena penurunan ekspor nonmigas yang mencapai 6,2% month-to-month pada Juni, ketika ekspor sumber daya alam andalan RI masih positif. 

Adapun impor mencatat overturn kinerja dengan pertmbuhan 7,58% year-on-year akibat lonjakan impor migas hingga 19,01% pada Juni lalu.

Nilai surplus neraca dagang Juni yang lebih kecil membuka potensi semakin lebarnya defisit transaksi berjalan RI pada kuartal II-2024.

"Karena surplus dagang Juni lebih kecil kami prediksi rasio defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2024 naik sedikit menjadi -0,55% terhadap Produk Domestik Bruto," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dan Analyst Nanda Rahmawati dalam catatannya.

(rui)

No more pages