Logo Bloomberg Technoz

Dia menilai menjaga daya beli masyarakat merupakan hal yang penting. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi mayoritas masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Rata-rata kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi adalah 54,7% selama periode 2019-2023. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat kalau 2,62% sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 berasal dari konsumsi rumah tangga.

"Beberapa caranya adalah membangun lapangan kerja berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing melalui pengembangan infrastruktur, meningkatkan penelitian dan inovasi, dan kebebasan ekonomi melalui kemudahan untuk berbisnis, membuka lapangan kerja, dan menjadi wiraswasta," papar Putu panjang.

Selain menjaga daya beli, lanjut dia, masalah rantai pasok yang panjang di komoditas utama seperti beras juga menjadi persoalan yang harus bisa diatasi Prabowo. BPS menjelaskan bahwa pola distribusi beras di beberapa provinsi bisa mencakup 2-3 pedagang perantara (tengkulak). Padahal standarnya hanya satu tengkulak.

"Bukan rahasia umum lagi kalau penyebab harga beras mahal adalah rantai pasok yang berbelit-belit dan bahkan cenderung merugikan petani," ungkap Putu.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan daya beli masyarakat masih yang kuat meski data inflasi Juni 2024 menunjukkan perlambatan.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menanggapi data indeks harga konsumen (IHK) Juni 2024 yang menunjukkan deflasi 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm), deflasi kedua tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), IHK mengalami perlambatan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 2,51% pada Juni 2024, dari Mei 2024 sebesar 2,84%.

Febrio mengklaim deflasi yang terjadi disebabkan harga pangan yang merosot. Inflasi pangan bergejolak (volatile food) menunjukkan tren yang terus melandai. 

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai rendahnya inflasi inti pada Juni 2024 sebesar 1,9% (year on year/yoy) mengindikasikan masyarakat, terutama kelas menengah sedang menahan belanja yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah.

“Sehingga masyarakat menahan diri untuk belanja, lebih banyak untuk menghemat, khususnya di kelompok kelas menengah. Ini bisa karena fluktuasi nilai tukar jadi mereka mempersiapkan punya dana tabungan yang lebih besar,” kata Bhima kepada Bloomberg Technoz, Selasa (2/7/2024).

Ekonom Senior INDEF Faisal Basri meyakini ada fenomena penurunan daya beli masyarakat saat ini, tercermin dari menurunnya angka penjualan kendaraan bermotor serta penerimaan perpajakan 2024 yang berpotensi tak mencapai target awal. 

Sebelumnya, Badan Anggaran DPR RI dan pemerintah sepakat mematok defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 melebar hingga 2,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) dari semula 2,29% terhadap PDB. 

Menanggapi hal itu, Faisal mengatakan salah satu faktor utama pelebaran defisit anggaran adalah menurunnya potensi penerimaan negara sampai akhir tahun ini. Menurut Faisal, penurunan penerimaan dipengaruhi oleh normalisasi harga komoditas karena penerimaan negara dari komoditas begitu besar.

(lav)

No more pages